JAKARTA, KOMPAS.com - Suara-suara perlawanan terhadap pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja terus bergema di dunia maya, termasuk di platform media sosial Twitter.
Dua hari setelah UU Cipta Kerja, suara-suara perlawanan masih muncul di linimasa Twitter.
Tidak hanya kelompok aktivis, buruh, dan mahasiswa, suara perlawanan juga disuarakan oleh akun-akun k-popers yang selama ini dianggap apatis terhadap isu-isu politik.
Baca juga: Total 14 Pedemo Diamankan Saat Unjuk Rasa Tolak UU Cipta Kerja di Banten
Ismail Fahmi, founder Drone Emprit yang juga analis sosial media mengakui bahwa k-popers merupakan salah satu kelompok yang paling lantang menolak UU Cipta Kerja di dunia maya.
"Kalau tanpa k-popers ya enggak ke mana-mana aksi ini. Karena apa, mahasiswa enggak turun ke jalan, mahasiswa lagi di rumah, mereka kan enggak bisa kumpul. Jadi yang menggerakan k-popers ini, tanpa mereka, sepi," kata Founder Drone Emprit Ismail Fahmi saat dihubungi, Rabu (7/10/2020).
Ismail mengatakan, besarnya keterlibatan k-popers dalam isu ini nampak dari banyaknya pengguna Twitter beravatar k-popers yang menjadi 'top influencer' terhadap beberapa narasi terkait penolakan UU Cipta Kerja.
Dalam akun Twitter-nya, @ismailfahmi, Ismail menunjukkan tagar #MosiTidakPercaya sebagai ekspresi penolakan terhadap UU Cipta Kerja didominasi oleh akun Twitter dengan avatar k-pop.
"Tagar ini beserta tagar2 lain terkait penolakan thd Omnibus Law yang menjadi trending topic dunia, digaungkan oleh akun-akun dengan ava Korea ini. K-Popers Strike Back!," tulis Ismail pada akun Twitternya, Rabu (6/10/2020) lalu.
Keterlibatan k-popers itu berlanjut ketika kutipan puisi Wiji Thukul diviralkan sebagai ekspresi perlawanan terhadap UU Cipta Kerja.
"TOP AVATAR “WIJI THUKUL” /2. More ava K-Poper yang mengangkat puisi Wiji Thukul. Tampaknya puisi ini dimulai oleh aktivis mahasiswa, lalu diangkat dan diviralkan oleh K-popers sebagai ekspresi 'perlawanan mereka pada pengesahan UU Omnibus Law," tulis Ismail pada Rabu (7/10/2020).
K-popers peduli politik
Ismail mengatakan, keterlibatan k-popers dalam isu penolakan UU Cipta Kerja ini mematahkan anggapan bahwa kelompok tersebut apatis terhadap isu-isu sosial politik.
Baca juga: Ramai Aktivis hingga K-Popers Tolak Omnibus Law Cipta Kerja di Twitter
Menurut Ismail, akun-akun k-popers selama ini terkesan diam atas isu-isu politik karena tidak ingin adanya bias politik yang menyebabkan pro dan kontra.
Namun, ketika ada isu yang mengancam demokrasi dan menyinggung isu kemanusiaan, kata Ismail, para k-popers akan segera bergerak meramaikan isu tersebut di dunia maya.
"Tapi kadang-kadang ketika ada masalah demokrasi, masalah kemanusiaan, di mana pun, mereka turun. Dan itu sudah dikasih contoh oleh idola mereka, mereka kan lihat idolanya, yang paling kentara pas kemarin itu Black Lives Matter, mereka turun," kata Ismail.