Salin Artikel

Saat K-popers Meramaikan Isu Penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja...

Dua hari setelah UU Cipta Kerja, suara-suara perlawanan masih muncul di linimasa Twitter.

Tidak hanya kelompok aktivis, buruh, dan mahasiswa, suara perlawanan juga disuarakan oleh akun-akun k-popers yang selama ini dianggap apatis terhadap isu-isu politik.

Ismail Fahmi, founder Drone Emprit yang juga analis sosial media mengakui bahwa k-popers merupakan salah satu kelompok yang paling lantang menolak UU Cipta Kerja di dunia maya.

"Kalau tanpa k-popers ya enggak ke mana-mana aksi ini. Karena apa, mahasiswa enggak turun ke jalan, mahasiswa lagi di rumah, mereka kan enggak bisa kumpul. Jadi yang menggerakan k-popers ini, tanpa mereka, sepi," kata Founder Drone Emprit Ismail Fahmi saat dihubungi, Rabu (7/10/2020).

Ismail mengatakan, besarnya keterlibatan k-popers dalam isu ini nampak dari banyaknya pengguna Twitter beravatar k-popers yang menjadi 'top influencer' terhadap beberapa narasi terkait penolakan UU Cipta Kerja.

Dalam akun Twitter-nya, @ismailfahmi, Ismail menunjukkan tagar #MosiTidakPercaya sebagai ekspresi penolakan terhadap UU Cipta Kerja didominasi oleh akun Twitter dengan avatar k-pop.

"Tagar ini beserta tagar2 lain terkait penolakan thd Omnibus Law yang menjadi trending topic dunia, digaungkan oleh akun-akun dengan ava Korea ini. K-Popers Strike Back!," tulis Ismail pada akun Twitternya, Rabu (6/10/2020) lalu.

Keterlibatan k-popers itu berlanjut ketika kutipan puisi Wiji Thukul diviralkan sebagai ekspresi perlawanan terhadap UU Cipta Kerja.

"TOP AVATAR “WIJI THUKUL” /2. More ava K-Poper yang mengangkat puisi Wiji Thukul. Tampaknya puisi ini dimulai oleh aktivis mahasiswa, lalu diangkat dan diviralkan oleh K-popers sebagai ekspresi 'perlawanan mereka pada pengesahan UU Omnibus Law," tulis Ismail pada Rabu (7/10/2020).

K-popers peduli politik

Ismail mengatakan, keterlibatan k-popers dalam isu penolakan UU Cipta Kerja ini mematahkan anggapan bahwa kelompok tersebut apatis terhadap isu-isu sosial politik.

Menurut Ismail, akun-akun k-popers selama ini terkesan diam atas isu-isu politik karena tidak ingin adanya bias politik yang menyebabkan pro dan kontra.

Namun, ketika ada isu yang mengancam demokrasi dan menyinggung isu kemanusiaan, kata Ismail, para k-popers akan segera bergerak meramaikan isu tersebut di dunia maya.

"Tapi kadang-kadang ketika ada masalah demokrasi, masalah kemanusiaan, di mana pun, mereka turun. Dan itu sudah dikasih contoh oleh idola mereka, mereka kan lihat idolanya, yang paling kentara pas kemarin itu Black Lives Matter, mereka turun," kata Ismail.

Ismail mengatakan, keterlibatan k-popers dalam isu UU Cipta Kerja di Twitter memang baru dimulai setelah UU tersebut disahkan DPR pada Senin (5/10/2020).

Namun, Ismail menyebut, k-popers memiliki kemampuan untuk mengangkat sejumlah tagar atau isu agar menjadi trending topic dengan mudah.

Caranya, mereka menyepakati tagar-tagar tertentu atau kutipan puisi Wiji Thukul di atas untuk diangkat menjadi trending topic.

"Mereka sudah tahu, itu mereka copas-copas terus dan karena jumlahnya sangat besar, sangat masif, akhirnya trending. Pada akhirnya pada 2 hari lalu hari Senin, masif itu, jauh mengalahkan hari-hari sebelumnya," kata Ismail.

Militansi k-popers dalam menyuarakan penolakan terhadap UU Cipta Kerja itu, kata Ismail, juga terlihat dari tidak adanya tagar terkait k-pop yang diangkat oleh para k-popers.

"Mereka diam, itu hastag-nya enggak ngangkat sama sekali, mereka kembali untuk masalah di Indonesia," kata Ismail.

Ia juga mengatakan, gerakan k-popers di dunia maya tersebut merupakan gerakan yang natural, tanpa ada indikasi penggunaan bot.

Hal itu terlihat dari peta social network analysis yang menunjukkan pola interaksi menyebar selayaknya neuron, tidak terpusat ke satu atau dua titik.

"Ini natural banget, kayak neuron, saling sambung ke mana-mana, ini yang enggak bisa direplikasi oleh robot kecuali punya 50.000 akun robot yang diprogam untuk itu," ujar dia.

Dengan temuan tersebut, Fahmi mengatakan k-popers memiliki peran yang cukup besar untuk meningkatkan kesadaran publik akan isu UU Cipta Kerja, setidaknya di ranah Twitter.

"Apalagi di zaman kita enggak bisa turun ke jalan, yang bisa turun ke bawah itu kan buruh, yang berani, nekat, mahawiswa enggak, k-popers ini yang ambil peranan," kata Ismail.

https://nasional.kompas.com/read/2020/10/07/13070681/saat-k-popers-meramaikan-isu-penolakan-omnibus-law-uu-cipta-kerja

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke