JAKARTA, KOMPAS.com - Terhitung 16 tahun berlalu sejak Suciwati ditinggal sang suami, Munir Said Thalib, yang tewas dibunuh.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) itu diracun dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004.
Suciwati masih ingat awal pertemuannya dengan Munir di tahun 1991.
Pada masa itu, Suciwati aktif di gerakan buruh Malang. Ia mengadvokasi kasus-kasus yang dialami buruh perempuan, seperti pelecehan hingga perampasan hak.
Suatu ketika, beberapa teman aktivisnya meminta Suciwati datang ke sebuah acara diskusi yang diadakan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Malang mengenai hukum perburuhan.
Baca juga: Ironi Munir Pilih Garuda Menuju Belanda...
Acara diskusi itulah yang menjadi momen pertemuan antara Suciwati dengan Munir untuk pertama kali.
“Waktu itu hari Minggu, saya lagi kerja lembur, tapi saya sempatkan mampir. Di situ saya bertemu pertama kali. Tahun 1991,” kata Suciwati dalam sebuah wawancara dengan Kompas.com di tahun 2019.
“Saya diajak ke diskusi dan dikenalkan sama mereka (aktivis buruh). Cuma sebentar bertemu dan saya pergi begitu saja," sambungnya.
Keduanya kemudian kerap bekerja sama ketika Munir bertugas mengelola LBH Malang tak lama setelah pertemuan tersebut.
Baca juga: 16 Tahun Kasus Pembunuhan Munir, Janji Jokowi Kembali Ditagih
Munir dan Suciwati saling berbagi tugas di LBH. Munir mengelola gerakan mahasiswa melalui diskusi rutin, sementara Suciwati tetap berkutat pada gerakan buruh.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan