Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM: Dewan Keamanan Nasional Mirip Kopkamtib di Rezim Orba

Kompas.com - 27/01/2020, 15:20 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam berpendapat, wacana pembentukan Dewan Keamanan Nasional (DKN) oleh pemerintah tidak ubahnya pembentukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) pada masa Orde Baru.

"(Karena) penggunaan kewenangan yang berlebihan akan terbuka, pelanggaran HAM akan sangat terbuka. Ini persis kayak Kopkamtib dulunya," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam diskusi di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (27/1/2020).

Menurut Anam, saat itu Kopkamtib memiliki misi menyelamatkan investasi melalui rentetan peristiwa penembakan misterius (petrus).

Baca juga: Imparsial: Secara Konsep, Dewan Keamanan Nasional Itu Tak Tuntas

Peristiwa itu bahkan tidak ada pertanggungjawaban dari negara hingga saat ini.

Dia mengatakan, kemiripan Dewan Keamanan Nasional dengan Kopkamtib tidak lepas dari konsep keamanan yang belum selesai.

Pasalnya, Dewan Keamanan Nasional dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi masyarakat sipil.

Penyebabnya karena ketika akan menghadapi persoalan, DKN dapat berpotensi bergerak bukan dari sudut keselamatan publik, melainkan dari keamanan publik.

Terlebih, apabila dalam definisinya ternyata sebagai upaya eksistensi negara.

Baca juga: Polemik DKN dan Upaya Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat di Masa Lalu

"Nah kalau seperti itu, menurut kami, tidak pas dengan Dewan Keamanan Nasional, melainkan pertahanan. Keamanan ini space-nya sangat luas, ada keamanan dalam negeri dan sebagainya," kata Anam.

Dalam konteks HAM, pihaknya mempertanyakan kesigapan DKN ketika terjadi suatu konflik sosial.

Ia khawatir Dewan Keamanan Nasional akan bekerja lamban ketika menyikapi terjadinya sebuah peristiwa.

"Sekarang saja kita bisa langsung berhubungan dengan Kapolri atau Menko Polhukam. Nah bagaimana kalau Dewan Keamanan ini? Responsnya semakin cepat enggak?" ujar Choirul.

"Apakah menunggu korbannya yang banyak dulu baru direspon karena harus dirapatin dulu. Yang begini kan sebetulnya tidak efektif," lanjut dia.

Baca juga: Tolak Pembentukan DKN, Aktivis HAM Gelar Aksi #JanganORBALagi

Sebaliknya, dalam menjaga keamanan, pihaknya menilai kondisi saat ini sudah ideal di mana Presiden Joko Widodo telah dibantu Kemenko Polhukam dan Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dalam menjalan visi-misinya.

"Ditopang dua ini jauh lebih taktis untuk menyelesaikan berbagai persoalan," ungkap Anam.

Pembentukan DKN sendiri diketahui akan dikeluarkan melalui peraturan presiden (perpres).

Adapun pendirian lembaga tersebut telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani Bakal Cek Aturan Bea Masuk Kain Usai RI Kebanjiran Tekstil Impor

Sri Mulyani Bakal Cek Aturan Bea Masuk Kain Usai RI Kebanjiran Tekstil Impor

Nasional
Golkar Optimistis Bisa Koalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Calonnya Masih Dibahas

Golkar Optimistis Bisa Koalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Calonnya Masih Dibahas

Nasional
Mendagri Buka Suara Pj Gubernur NTB Diganti Pensiunan Jenderal TNI

Mendagri Buka Suara Pj Gubernur NTB Diganti Pensiunan Jenderal TNI

Nasional
PKB Buka Kans Koalisi dengan PDI-P, Sandingkan Marzuki-Risma di Pilkada Jatim

PKB Buka Kans Koalisi dengan PDI-P, Sandingkan Marzuki-Risma di Pilkada Jatim

Nasional
Benny Harman: Belum Ada Rekomendasi Untuk Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli

Benny Harman: Belum Ada Rekomendasi Untuk Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli

Nasional
Sudah 6 Pj Kepala Daerah Mundur karena Hendak Maju Pilkada 2024

Sudah 6 Pj Kepala Daerah Mundur karena Hendak Maju Pilkada 2024

Nasional
Didakwa Korupsi Rp 44,5 Miliar, SYL Pamer Kementan Kontribusi Rp 15 Triliun ke Negara

Didakwa Korupsi Rp 44,5 Miliar, SYL Pamer Kementan Kontribusi Rp 15 Triliun ke Negara

Nasional
Menperin Bakal Pelajari Isu Sritex Bangkrut

Menperin Bakal Pelajari Isu Sritex Bangkrut

Nasional
Usung Sohibul Iman Jadi Bakal Cagub, PKS Tegaskan Partai Pemenang Pileg di Jakarta

Usung Sohibul Iman Jadi Bakal Cagub, PKS Tegaskan Partai Pemenang Pileg di Jakarta

Nasional
KPAI Desak Polisi Transparan Dalam Kasus Kematian Pelajar 13 Tahun di Padang

KPAI Desak Polisi Transparan Dalam Kasus Kematian Pelajar 13 Tahun di Padang

Nasional
Rotasi Pj Gubernur, Mendagri Bantah Presiden Cawe-cawe Pilkada 2024

Rotasi Pj Gubernur, Mendagri Bantah Presiden Cawe-cawe Pilkada 2024

Nasional
PDN Diserang 'Ransomware', Komisi I Ingatkan Pentingnya Peningkatan Keamanan Siber

PDN Diserang "Ransomware", Komisi I Ingatkan Pentingnya Peningkatan Keamanan Siber

Nasional
PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

Nasional
Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Nasional
Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com