Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
 DR Azis Syamsuddin
Wakil Ketua DPR RI

Penulis adalah Wakil Ketua DPR RI

Waspada Perubahan Wajah Terorisme

Kompas.com - 18/10/2019, 17:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor M Latief

Dilihat dari metodologinya, aksi yang dilakukan oleh kelompok NTJ di Srilanka terbilang sangat mengejutkan. Kelompok ini terbilang sangat kecil dan masih amatir.

Banyak pakar terorisme di dunia yang meragukan kemampuan NTJ dalam melancarkan aksi teror tersebut. Alasannya, aksi tersebut sangat kolosal, terorganisir, terstruktur, senyap, dan tepat sasaran. Itu hanya mungkin dilakukan oleh kelompok profesional, berpengalaman dan didukung oleh pemodal kuat.

Analis kontra terorisme asal Texas, Amerika Serikat, Scott Stewart, bahkan menduga kuat adanya bantuan pihak luar atas aksi tersebut. Dengan kata lain, kasus terorisme yang terjadi di Srilanka menyajikan satu kemungkinan bahwa ada jejaring kejahatan profesional dunia yang menggunakan kelompok-kelompok ekstrem lokal untuk melancarkan aksinya.

Bila dugaan itu benar, Srilanka bisa katakan tidak beruntung. Karena bukan tak mungkin, setiap negara, termasuk Indonesia akan menjadi sasaran selanjutnya.

Sama halnya dengan di Sri Lanka, ditinjau dari aspek metodologi aksi, jelas ada yang baru dari peristiwa yang terjadi di Selandia baru. Tanpa kita sadari, telah terjadi sintesis antara tindak kejahatan terorisme tersebut dengan gaya hidup kontemporer.

Betapa tidak, sang pelaku yang bernama Breton Tarrant itu merekam aksinya melalui video dan kemudian diunggah ke media sosial miliknya. Dalam video tersebut dia mendemonstrasikan secara dingin sebuah petualangan gila layaknya sebuah game.

Sebagaimana kita tau, game dan media sosial adalah dua instrumen populer di era digital saat ini. Media sosial digunakan hampir semua orang.

Instrumen itu dianggap sangat efektif mengangkat populisme, sedangkan game adalah gaya hidup yang sangat dekat dengan generasi milenial yang hidup di era ini. Keduanya digunakan oleh pelaku teror untuk mengamplifikasi pesannya sehingga meskipun dilakukan sendirian di salah satu tempat terpencil, efek terornya bisa langsung menyebar ke seluruh dunia. Ini jelas sebuah lompatan metodologis luar biasa!

Melawan ideologi kebencian

Berkaca pada kasus terorisme global yang terjadi dalam satu tahun terakhir, baik di Sri Lanka, Selandia Baru, maupun di Pandeglang tempo hari, agaknya kita perlu untuk lebih waspada terhadap evolusi kelompok terorisme ini.

Selain soal lompatan metodologi aksi dan ideologi kebencian yang menjadi sumber inspirasi aksi mereka, hal yang jauh lebih perlu dicemaskan oleh para stakeholder dunia adalah efek lanjutan dari metamorfosa aksi teror luar biasa ini; yaitu kecemasan yang bersifat global.

Tentu, akan berbahaya, ketika para tokoh atau pemimpin negara membaca fenomena aksi terorisme yang berkembang akhir-akhir ini dengan cara pandangan konvensional. Dalam kerangka itu, situasi global ini patut menjadi renungan kita bersama selaku warga dunia.

Bagaimanapun, siklus kekerasan ini harus dihentikan. Dalam hal ini, penulis belum bisa membayangkan konsep ideal untuk memutus daur terorisme global. Tapi, apa yang dilakukan oleh warga Selandia Baru sesaat setelah terjadi aksi terorisme di negara tersebut layak untuk ditiru.

Selandia Baru telah menunjukkan pada dunia sebuah parade cinta kasih dan orkestrasi nilai kemanusiaan bermutu tinggi. Mereka melawan kebencian, teror, dan kekerasan itu dengan cinta, toleransi dan persaudaraan yang luar biasa. Sebagaimana kita saksikan, efek teror yang umumnya menyeruak sedemikian rupa pasca peristiwa terjadi, hilang seketika.

Agaknya, untuk memutus daur hidup terorisme, ekstrimisme dan fundamentalisme, kita bisa memulai dengan memupuk toleransi, cinta dan persaudaraan seluas mungkin. Dari situlah nantinya strategi dan upaya penanggulangan terorisme secara tepat bisa dirumuskan di setiap negara.

Ya, jangan sampai kita mengulang kesalahan metodologi penanggulangan terorisme global di awal dekade 20. Jangan sampai perang melawan terorisme justeru berubah menjadi teror itu sendiri. Wallahu’alam bi sawab....

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com