Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Memisahkan Kementerian Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan

Kompas.com - 07/10/2019, 18:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Melalui pembentukan Kementerian Kebudayaan yang secara khusus dibentuk oleh negara untuk menjamin dan penuh keberlangsungan dan pengembangan budaya yang berlandaskan pada hukum negara, kebudayaan nusantara akan terus terjaga dan berkembang secara ciri khas bangsa kita tanpa harus berambisi untuk tumbuh dan berkembang menjadi entitas yang ‘politis-ideologis’ dan mengesampingkan kemanusiaan.

Dalam taraf yang lebih penting lagi, kementerian kebudayaan dalam hal ini harus dipisahkan dari kementeriaan pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan dan kebudayaan merupakan hal yang berbeda namun saling kait-mengait antara satu sama lainnya.

Penyatuan pendidikan dan kebudayaan dalam satu lembaga pemerintah tidaklah tepat dan berbahaya.

Selain merupakan jati diri bangsa, kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia.
Sederhananya, jika kebudayaan adalah keseluruhan aspek kehidupan manusia, pendidikan adalah salah satu bagian dari kebudayaan itu sendiri.

Selain itu kebudayaan merupakan faktor penting bagi peradaban manusia. Meminggirkan aspek kebudayaan sama halnya dengan mematikan jati diri bangsa secara perlahan.

Hanya berkutat pada pendidikan

Menurut saya Kemendikbud selama ini hanya berkutat mengenai urusan pemajuan pendidikan formal dasar dan menengah.

Walaupun urusan kebudayaan dileburkan di dalamnya, pada praktiknya upaya pemajuan dan pemeliharaan kebudayaan sama sekali tidak menonjol.

Sementara level pendidikan tinggi memisahkan diri dan terpayungi oleh Kemenristek yang hanya fokus pada urusan pengabdian serta pengembangan riset dan teknologi yang sebagian besar beriorientasi pada perkembangan ekonomi dan teknologi saja.

Selain memprihatinkan, hal ini tentunya akan sangat berbahaya karena kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa kita seharusnya tidak hanya ada di level pendidikan menengah ke bawah, justru pelestarian dan pengembangan kebudayaan seharusnya ada dan menjadi salah satu fokus utama di tataran perguruan tinggi.

Bukan saya ingin mengatakan bahwa riset itu tidak penting, tapi riset yang hanya berfokus pada satu tujuan tertentu dan meminggirkan kebudayaan akan membuat negeri ini menjadi ‘kering’.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com