Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Memisahkan Kementerian Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan

Kompas.com - 07/10/2019, 18:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


INDONESIA merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki keragaman budaya yang khas antar satu dengan yang lainnya.

Keragaman budaya nusantara yang tersebar di berbagai wilayah ini sekaligus menjadi perekat sekaligus pondasi kekuatan negara Indonesia.

Oleh karena itu, dewasa ini pemahaman tentang kebudayaan sangat diperlukan untuk diwacanakan, khususnya bagi generasi muda yang akan menjadi generasi penerus untuk melestarikan serta mengembangkan kebudayaan nusantara.

Hal ini sangatlah penting mengingat kebudayaan nusantara yang menjadi ciri khas bangsa kita merupakan aspek sentral yang menentukan arah perjalanan Indonesia di masa depan sebagai bangsa yang berbudaya.

Selain itu, wacana kebudayaan di era Indonesia kontemporer ini cukup memprihatinkan dan mulai banyak terpinggirkan oleh berbagai kepentingan politis dan ideologis.

Berbagai isu diskriminasi berbasis ras dan budaya sampai radikalisme cukup banyak bermunculan di berbagai pemberitaan.

Melalui tulisan ini saya akan memberikan penjelasan terkait fungsi vital kebudayaan nusantara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan pentingnya pembentukan kementeriaan kebudayaan untuk menjamin, menjaga, dan mengembangkan kebudayaan nusatara.

Pentingnya kebudayaan

Kebudayaan itu sendiri secara umum merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, bahasa, kepercayaan, dan segala hal yang dihasilkan oleh masyarakat, baik berupa benda atau tak benda.

Kebudayaan dengan segala kompleksitasnya merupakan manifestasi dari keseluruhan proses dan interaksi antarkebudayaan yang ada dan berkembang di suatu wilayah.

Kebudayaan juga dapat dimaknai sebagai seni hidup (the art of living) atau kehidupan sosial manusia (human social life) yang merupakan hasil dari interaksi sesama manusia sebagai individu atau kelompok.

Kebudayaan Indonesia sebagai sebuah seni kreatif telah memberikan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia di mata dunia, sebagai contohnya adalah Batik yang pada 02 Oktober 2009 lalu ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh organisasi PBB UNESCO.

Selain itu, sebagai warisan dan ikon kuliner khas Indonesia, rendang yang berasal dari Sumatra Barat menjadi masakan terlezat di dunia versi CNN Travel.

Di sektor pariwisata, berbagai wisatawan asing di berbagai belahan dunia telah mengakui bahwa Indonesia sangat kaya akan kesenian lokal, seperti pulau Bali dan berbagai wilayah Indonesia lainnya.

Tidak hanya itu saja, kebudayaan memiliki peran sentral dalam merekatkan masyarakat dalam perbedaan dan menyelesaikan berbagai konflik kultural.

Sebagai contoh, konflik sosial yang terjadi pada 1992-2002 di Maluku dapat diselesaikan dengan jalan pendekatan budaya.

Dengan semangat kebersamaan dan toleransi tinggi serta kekeluargaan yang menjadi ciri khas masyarakat Maluku, konflik sosial yang berkepanjangan itu dapat terselesaikan dengan jalan budaya.

Dalam konteks ini, kebudayaan memiliki banyak nilai positif dari berbagai aspek.

Budaya dan tantangan di era digital

Faktanya adalah bahwa Indonesia memiliki banyak bentuk kebudayaan di berbagai wilayahnya, baik benda maupun tak benda yang telah ada sejak zaman dahulu jauh sebelum Indonesia terbentuk sebagai sebuah negara.

Artinya, masyarakat telah memiliki sekaligus menjalani kebudayaan dalam praktik kehidupan sehari-hari mereka.

 

Oleh karena itu, fakta bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragam merupakan hal yang harus diterima sekaligus terus ditanamkan dalam pikiran kita sebagai sebuah identitas dan jati diri bangsa.

Hal ini menjadi penting karena sejak Indonesia memasuki fase era reformasi berbagai isu diskriminasi berbasis ras dan etnis yang berpotensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa semakin menguat di tengah masyarakat kita.

Selain itu, ironisnya ketimpangan relasi budaya di negara kita semakin menguat justru di era berkembangnya teknologi dan informasi.

Tidak hanya itu saja, politik identitas sebagai warisan budaya kolonial Belanda juga semakin menguat justru di saat kita telah berhasil menghirup nafas kemerdekaan.

Menurut saya, wacana kebudayaan penting untuk digulirkan untuk menegaskan kembali bahwa Indonesia adalah negara yang beradab, berbudaya dan kuat karena perbedaan.

Dalam konteks ini, budaya memiliki peran sentral dalam membangun karakter dan jati diri bangsa yang utuh terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip kehidupan yang menjadi landasan utama suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam konteks ini menurut saya tradisi dan adat istiadat menjadi nilai yang pantas untuk dipertahankan.

Negara harus memberikan ruang penuh bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga, menanamkan, dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya mereka.

Selain penting sebagai sebagai sebuah identitas individu maupun kelompok, budaya yang miliki oleh masyarakat perlu dijamin dan dilindungi oleh negara.

Sebagai negara demokratis, kebudayaan harus diberikan wewenang dan perlindungan penuh untuk berkembang di masyarakat dan terpisah dari kooptasi agama-agama resmi, konstruk-konstruk intelektual sepihak, politik, dan militer.

Hal ini dikarenakan kebudayaan memiliki kapastitasnya sendiri sebagai sebuah entitas yang tidak bisa diseragamkan dan digeneralisasi secara sederhana.

Kementerian Kebudayaan

Merujuk pada hal ini negara harus hadir dan membentuk lembaga resmi, dalam hal ini Kementerian Kebudayaan, yang secara khusus memberikan perlindungan penuh bagi perkembangan budaya Indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 32 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi,

“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.

Oleh karena itu, demi terwujudnya pembangunan bangsa yang adil, makmur, sejahtera, berbudaya dan demokratis kebudayaan nusantara harus tetap ada dan dibiarkan berkembang di masyarakat dengan perlindungan penuh dari negara.

 

Melalui pembentukan Kementerian Kebudayaan yang secara khusus dibentuk oleh negara untuk menjamin dan penuh keberlangsungan dan pengembangan budaya yang berlandaskan pada hukum negara, kebudayaan nusantara akan terus terjaga dan berkembang secara ciri khas bangsa kita tanpa harus berambisi untuk tumbuh dan berkembang menjadi entitas yang ‘politis-ideologis’ dan mengesampingkan kemanusiaan.

Dalam taraf yang lebih penting lagi, kementerian kebudayaan dalam hal ini harus dipisahkan dari kementeriaan pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan dan kebudayaan merupakan hal yang berbeda namun saling kait-mengait antara satu sama lainnya.

Penyatuan pendidikan dan kebudayaan dalam satu lembaga pemerintah tidaklah tepat dan berbahaya.

Selain merupakan jati diri bangsa, kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia.
Sederhananya, jika kebudayaan adalah keseluruhan aspek kehidupan manusia, pendidikan adalah salah satu bagian dari kebudayaan itu sendiri.

Selain itu kebudayaan merupakan faktor penting bagi peradaban manusia. Meminggirkan aspek kebudayaan sama halnya dengan mematikan jati diri bangsa secara perlahan.

Hanya berkutat pada pendidikan

Menurut saya Kemendikbud selama ini hanya berkutat mengenai urusan pemajuan pendidikan formal dasar dan menengah.

Walaupun urusan kebudayaan dileburkan di dalamnya, pada praktiknya upaya pemajuan dan pemeliharaan kebudayaan sama sekali tidak menonjol.

Sementara level pendidikan tinggi memisahkan diri dan terpayungi oleh Kemenristek yang hanya fokus pada urusan pengabdian serta pengembangan riset dan teknologi yang sebagian besar beriorientasi pada perkembangan ekonomi dan teknologi saja.

Selain memprihatinkan, hal ini tentunya akan sangat berbahaya karena kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa kita seharusnya tidak hanya ada di level pendidikan menengah ke bawah, justru pelestarian dan pengembangan kebudayaan seharusnya ada dan menjadi salah satu fokus utama di tataran perguruan tinggi.

Bukan saya ingin mengatakan bahwa riset itu tidak penting, tapi riset yang hanya berfokus pada satu tujuan tertentu dan meminggirkan kebudayaan akan membuat negeri ini menjadi ‘kering’.

 

Pengetahuan tanpa budaya akan menjerumuskan manusia dan memiskinkan kemanusiaan.

Jika saya harus mengutip pemikir Perancis Michel Foucault tentang power and knowledge,

pengetahuan itu sendiri sangat rentan dengan penyalahgunaan kekuasaan yang memiskinkan kemanusiaan.

Oleh karena itu, budaya hadir sebagai penyeimbang. Sebagai bentuk pengetahuan dan kearifan lokal yang dihidupi oleh masyarakat, budaya tentunya mengandung tidak hanya seni keindahan tetapi juga moralitas yang akan membantu kita untuk mencapai suatu peradaban.

Pengetahuan tanpa diimbangi dengan budaya akan menjadi bumerang dan berpotensi menjerumuskan manusia itu sendiri pada dekadensi, keserakahan, dan kesombongan.

Kita tidak bisa semata-mata hanya mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mengiblatkan diri pada dunia Barat dan meninggalkan kebudayaan begitu saja.

Hal ini dikarenakan realitas sosial di Indonesia berbeda.

Kebudayaan di negeri ini jauh lebih dulu telah membangun dan membawa masyarakat kita pada peradaban.

Oleh karena itu, membandingkan keduanya dan memaksakan diri untuk sama dengan Barat adalah pilihan yang sangat keliru.

Pemisahan kebudayaan dan pendidikan

Berdasarkan pemaparan yang saya ajukan di atas, pemisahan kebudayaan dan pendidikan merupakan hal yang perlu dilakukan.

Selain sebagai jati diri bangsa, kebudayaan dengan segala kompleksitasnya membutuhkan perhatian lebih yang tidak mungkin digabungkan dengan pendidikan.

Merujuk pada keberagaman budaya nusantara sebagai fakta yang dimiliki bangsa ini, sudah seharusnya Indonesia memiliki kementerian kebudayaannya sendiri yang terpisah secara institusional dengan kementerian pendidikan.

Akan tetapi, pemisahan ini bukan berarti secara esensial dipisahkan satu sama lain, melainkan harus saling melengkapi.

Pemerintah harus memiliki kementerian kebudayaan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang salah satunya dapat dilakukan melalui internalisasi di semua level pendidikan formal.

Melalui pendidikan yang berbudaya, bangsa ini akan terus tumbuh menjadi bangsa yang maju bersama kebudayaannya menjadi bangsa yang beradab dan humanis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com