JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Suhud Alynudin, menilai, ada upaya penggiringan opini publik melalui hasil survei yang menyebut elektabilitas calon presiden Joko Widodo saat ini berada di atas Prabowo Subianto.
Hal itu disampaikan Suhud menanggapi hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis pada Minggu (7/10/2018).
Suhud menilai, ada beberapa hal yang harus dijelaskan mengenai hasil survei tersebut.
"Atas nama sebuah hasil kerja ilmiah, kami hargai hasil survei itu. Walaupun ada beberapa hal yang perlu penjelasan secara jujur," ujar Suhud melalui pesan singkat, Senin (8/10/2018).
Baca juga: Jubir Prabowo: Survei Sering Salah dan Hasilnya Petahana Kalah
"Terkesan ada upaya penggiringan opini publik yang dipaksakan melalui kegiatan survei," ujar Direktur Pencapresan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Menurut Suhud, survei SMRC tidak menjelaskan realitas pemilih sesungguhnya.
Sebab, survei tersebut dilakukan pada periode 7-24 September 2018.
Sementara, Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru menggelar penetapan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sebagai capres-cawapres peserta Pemilu 2019, pada 20 September 2018.
Selain itu, lanjut Suhud, hasil survei SMRC pada Pilpres 2014 memprediksi selisih perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo mencapai 20 persen.
Baca juga: Unggul di Survei, Tim Jokowi-Maruf Amin Tak Mau Terlena
Namun, hasil penghitungan suara menunjukkan selisihnya hanya 6 persen.
"Bagaimana menjelaskannya? Apalagi di saat kinerja pemerintah kurang baik dalam mengatasi masalah ekonomi. Artinya hasil ini prematur untuk menjelaskan realistas sesungguhnya," kata Suhud.
"Kita belum seperti di Amerika Serikat di mana ada transparansi dari lembaga-lembaga survei terkait pendanaan dan lain-lain. Jadi, biar masyarakat yang menilai saja. Masyarakat kita sudah cerdas kok," lanjut dia.
Sebelumnya, survei terbaru lembaga survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis, Minggu (7/10/2018) menyatakan elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul atas kompetitornya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada 6 bulan sebelum Pilpres 2019.
Baca juga: Jubir: Setelah Debat Terbuka, Elektabilitas Prabowo Akan Lewati Jokowi
Unggulnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin didukung oleh tingginya elektabilitas Jokowi yang mencapai 60,2 persen. Sementara Prabowo hanya 28,7 persen.
Selain itu, tingginya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin juga ditolong oleh kepuasan publik kepada kinerja Jokowi. Sebanyak 73,4 persen menyatakan puas dan 25,4 menyatakan tidak puas.