JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melihat ada kejanggalan dalam peristiwa dugaan upaya penyelundupan senjata api dari Sudan ke Indonesia.
"Informasi yang kami terima sejauh ini, kami melihat adanya beberapa kejanggalan yang harus diverifikasi lebih lanjut," ujar Retno di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Retno enggan menyebut kejanggalan apa yang dimaksud. Saat ini, Retno sedang mengupayakan agar tim gabungan dari Jakarta masuk ke El Fasher, Sudan untuk memberikan bantuan hukum kepada kontingen Polri yang tertahan akibat peristiwa itu.
(baca: Kapolri: Hasil Investigasi, 10 Koper Isi Senjata Bukan Punya Polisi RI)
Retno masih berusaha menghubungi Menteri Luar Negeri Sudan agar tim bisa masuk ke El Fasher.
"Tim kami sudah siap untuk berangkat ke Khartoum (Ibu Kota Sudan, lalu satu jam perjalanan udara ke El Fasher) untuk memberikan perlindungan hukum," ujar Retno.
"Anggota dari kontingen Polri kita harus mendapatkan hak-hak hukumnya secara penuh, maka kami melihat perlunya ada bantuan hukum yang dikirim dari Jakarta," lanjut dia.
(baca: Wiranto Curigai Munculnya Dugaan Penyelundupan Senjata di Sudan)
Retno mengatakan, memang tidak bisa sembarang orang dapat masuk ke El Fasher. Sebab, daerah itu merupakan daerah misi perdamaian.
Dalam kondisi normal, izin seseorang untuk masuk ke wilayah tersebut bisa didapatkan dalam waktu satu pekan.
"Saya juga meminta Dubes kita kembali berbicara dengan Kementerian Luar Negeri Sudan untuk menyampaikan bahwa ini bukan kondisi normal sehingga akses itu kami harapkan diberikan sesegera mungkin," ujar Retno.
Meski demikian, Retno memastikan bahwa kontingen perdamaian Indonesia tidak sendirian.
"Dubes kita hampir tiap jam berkomunikasi dengan kontingen kita yang ada di El Fasher. Jadi bukan berarti teman-teman kita tidak mendapatkan akses komunikasi. Cuma, tim kita belum dapat masuk ke El Fasher saja," lanjut Retno.
Adapun kronologi kejadian tersebut, yakni pada 15 Januari 2016, rombongan sejumlah 139 orang bertolak ke bandara untuk kembali ke Indonesia.
Barang-barang mereka dimasukkan ke dalam dua kontainer dan dibawa ke bandara.