JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri mulai mengampanyekan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung partainya pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Untuk pertama kalinya setelah Ahok-Djarot mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Megawati melontarkan pujian ke publik untuk pasangan ini.
Tak tanggung-tanggung, Megawati juga sekaligus menyindir dua pasangan lainnya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Ia mengatakan, baru pasangan Ahok-Djarot-lah yang sudah terbukti bisa bekerja dengan baik. Sementara itu, dua pasangan lain baru bisa memberikan janji semata.
"Dua pasangan yang lain bisa saja bilang akan berjalan begini, begitu, tetapi kan belum ada bukti," kata Megawati di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (10/10/2016) pagi, sebelum bertolak ke makam Presiden pertama RI Soekarno di Blitar.
(Baca: Megawati Ajak Ahok-Djarot Ziarah ke Makam Bung Karno)
Megawati sebenarnya mengajak semua calon gubernur yang diusung PDI-P untuk berziarah ke makam ayahnya.
Namun, dalam jumpa pers sebelum keberangkatan, ia hanya menyinggung soal pasangan Ahok-Djarot.
Ia menekankan bahwa pasangan Agus-Sylviana dan Anies-Sandiaga sebelumnya tidak mempunyai pengalaman sebagai kepala daerah.
Sementara itu, Ahok-Djarot sebelum memimpin Jakarta juga sudah pernah menjadi kepala daerah di tempat lain.
(Baca: Megawati Sebut Belum Ada Bukti Hasil Kerja Dua Pesaing Ahok-Djarot)
Djarot selama 10 tahun memimpin Kota Blitar, sementara Ahok satu periode menjadi Bupati Belitung Timur.
Megawati pun menilai kinerja yang sudah terbukti ini yang harus ditonjolkan oleh pasangan Ahok-Djarot.
"Bukan saya membela Ahok-Djarot, tetapi proram program Ahok-Djarot perlu ditampilkan karena masyarakat perlu bukti," ucap Megawati.
Isu SARA
Presiden ke-5 RI ini juga menyayangkan isu suku, agama, ras, dan antar-golongan yang mulai muncul dan kerap digunakan untuk menyerang Ahok.
Padahal, lanjut Megawati, dasar bernegara kita adalah empat pilar. Pancasila mengajarkan untuk bertoleransi.
(Baca: Megawati Sedih Isu SARA Warnai Pilkada DKI)
Ia berharap media massa tidak ikut memprovokasi isu SARA. "Kalau media ikut melakukan demikian, kemunduran bagi demokrasi Indonesia," kata dia.
Megawati pun mengenang saat media berjuang pada era orde baru menuju reformasi. Jika media menyuarakan isu berbau SARA, menurut dia, itu sama dengan kemunduran.
Ia mengaku tak masalah apabila media memihak kepada salah satu pasangan calon seperti Pilpres 2014 lalu, selama tidak menyampaikan isu SARA.
"Jangan sampai ada tabloid Obor yang isu SARA itu berjangkit dengan tidak sehat. Jokowi dikatakan orang Chinese (China), agamanya ada yang bilang Nasrani," ucap dia.
Gaya bicara Ahok
Selesai berziarah di makam Bung Karno, Megawati bersama Ahok-Djarot dan rombongan lain mampir sejenak di rumah dinas Bupati Blitar yang juga kader PDI-P, Rijanto.
Di sana, Megawati kembali memberikan keterangan pers kepada media. Salah satunya soal gaya bicara Ahok.
(Baca: Saat Megawati Bercerita ke Jokowi soal Gaya Bicara Ahok)
Megawati mengaku sempat curhat ke Presiden Joko Widodo soal Ahok yang kerap bicara kasar. "Banyak orang sentimen emosional mengatakan Ahok mulutnya agak kelewatan. Lalu, saya bilang ke Pak Jokowi, kalau Ahok mulutnya enggak begitu dia bukan orang Bangka," kata Megawati.
Ahok yang duduk tepat di samping Megawati pun hanya tertawa mendengar itu. Begitu pula para kepala daerah dan para pengurus PDI-P yang hadir di lokasi.
Megawati mengaku bisa memaklumi jika Ahok kerap berkata kasar. Ia menilai Ahok hanya tampil apa adanya, tidak dibuat-buat.
"Kalau orang Jawa memang ngomong-nya halus. Kalau orang Batak, nyanyi saja dikira teriak. Kenapa harus dimasukkan ke sentimen emosional yang negatif," ucap Megawati.
Kendati membela Ahok soal gaya bicaranya, Megawati melarangnya untuk melakukan tanya jawab dengan wartawan.
Megawati mengaku khawatir wartawan sudah menyiapkan pertanyaan yang menjebak sehingga apa pun jawabannya, itu akan berdampak negatif terhadap citra Ahok.
(Baca: Saat Megawati Larang Ahok Jawab Pertanyaan Wartawan)
"Stop, itu enggak usah ngomong pasti titipan, nanti pernyataannya apa, yang dimasukkan negatif terus," kata dia.
Setelah itu, Megawati menyudahi keterangan persnya dan menaruh mikrofon di meja.
Tiba-tiba, Ahok yang berada di samping Megawati hendak mengambil mikrofon itu untuk memberikan keterangan ke media.
Namun, Megawati langsung menepis tangan Ahok. Sontak saja, Megawati, Ahok, dan seisi ruangan pun langsung tertawa.