Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekecewaan yang Berujung Mosi Tidak Percaya terhadap Pimpinan DPD

Kompas.com - 12/04/2016, 08:08 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Mosi tidak percaya

Ada dua hal yang menjadi dasar kekecewaan sejumlah anggota sehingga menandatangani mosi tersebut. Pertama, penolakan pimpinan untuk menandatangani perubahan Tatib yang telah disepakati.

Salah satu poin penting di dalam perubahan itu yakni dipangkasnya masa jabatan pimpinan alat kelengkapan, termasuk pimpinan DPD, dari lima tahun menjadi 2,5 tahun.

Keputusan itu telah disepakati dalam rapat paripurna pada Januari lalu yang juga dihadiri Irman.

Kekecewaan kedua, disebabkan sikap pimpinan DPD yang menutup sidang paripurna pada 17 Maret lalu secara sepihak.

Di saat yang sama, Ketua Badan Kehormatan DPD AM Fatwa sedang membacakan hasil perubahan Tatib DPD.

Akibat kedua hal itu, sebanyak 60 anggota menandatangani mosi tidak percaya. Mosi itu sendiri telah diserahkan kepada BK DPD sebelum sidang paripurna kemarin dibuka.

Namun, secara simbolis mosi itu kembali diserahkan di depan forum sidang yang disaksikan langsung oleh pimpinan DPD.

Ditindaklanjuti

Ketua BK DPD AM Fatwa memastikan akan menindaklanjuti mosi tidak percaya yang telah disampaikan.

Sejak diberi mandat untuk merevisi secara redaksional Tatib yang telah disepakati, ia menyebut, BK telah beberapa kali menyurati pimpinan DPD untuk segera menandatangani Tatib.

Namun, permintaan itu tak kunjung ditindaklanjuti sampai kini. (Baca: BK Akan Kembali Ajukan Tanda Tangan Perubahan Tatib DPD)

"(Bisa dilakukan) pemanggilan (pimpinan) nanti," kata Fatwa.

Ia pun optimistis, pimpinan akan memenuhi panggilan BK jika hal itu dilakukan. Sebab, selama ini pimpinan dikenal kooperatif jika mendapat panggilan BK.

Secara terpisah, Irman meminta, agar semua pihak dapat menyikapi mosi tidak percaya secara bijaksana. Sebab, mekanisme itu tidak diatur di dalam sistem kelembagaan yang ada.

Halaman:


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com