Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membumikan Gagasan Ideal Pancasila

Kompas.com - 01/06/2015, 15:07 WIB

 

Angka setinggi ini belum pernah terjadi sejak Indonesia berdiri. Arus globalisasi dan liberalisasi, seperti kapitalisasi sumber daya alam, komunikasi, pendidikan, dan kesehatan, sudah telanjur merasuk di seluruh sendi kehidupan bernegara. Hasilnya, sebagian besar responden merasakan bahwa keadilan ekonomi memburuk (61 persen).

Selain ancaman yang makin beragam, di sisi lain ingatan publik tentang Pancasila sebenarnya relatif membaik. Lebih dari separuh responden ingat dan mampu menyebut secara benar lima sila dalam Pancasila, relatif meningkat dari proporsi tahun-tahun sebelumnya. Tak hanya penyebutan, bahkan dalam konteks penerimaan secara formal, nyaris semua responden (93 persen) menyatakan menerima Pancasila sebagai sebuah gagasan dasar negara. Kondisi penerimaan terhadap Pancasila, berlandaskan jajak pendapat, relatif stabil selama dekade ini.

Jika pengetahuan dan penerimaan Pancasila semakin baik, mengapa justru sikap tidak Pancasilais dinilai makin marak dan menjadi ancaman?

Sikap elite

Publik saat ini melihat pengamalan Pancasila adalah persoalan perspektif elite penyelenggara negara. Sistem penyelenggaraan hukum, ekonomi, dan sosial yang tak Pancasilais menjadi acuan utama publik dalam menilai konsistensi antara gagasan ideologi negara dan interpretasinya di tingkat masyarakat bawah. Semakin jauh jarak gagasan ideal Pancasila dan realisasi di tataran perilaku, makin buruk penilaian publik.

Penilaian tersebut juga terjadi dalam konteks nilai sosial yang melingkupi individu dan kelompok masyarakat itu sendiri, sesuai dengan berbagai identitas sosial yang mereka pegang. Misalnya, soal kebijakan pusat atau daerah yang dinilai bersifat diskriminatif dan melanggar kebebasan beragama, bahkan hak asasi manusia. Qanun jinayat, hukuman mati, dan soal pembangunan rumah ibadah adalah contoh paling nyata sistem nilai berdasarkan Pancasila kini semakin "diuji" oleh publik yang makin agamis sekaligus makin terbuka terhadap informasi.

Jawaban publik terhadap kondisi pelaksanaan toleransi di masyarakat pun cenderung ambigu. Meski separuh lebih responden menyebut toleransi kini semakin baik, proporsi yang menilai semakin buruk juga cukup besar, berkisar 26 persen. Selain itu, hampir separuh publik jajak pendapat menilai penempatan persatuan di atas kepentingan golongan terus memburuk.

Ini termasuk "lampu kuning" karena berarti ada kegelisahan terkait adanya tegangan di masyarakat dalam nilai-nilai dasar yang menjadi acuannya.

Celakanya, banyaknya persoalan itu tidak membuat wakil rakyat merasa perlu memprioritaskan persoalan-persoalan semacam ini, yang diam-diam menggoyahkan sendi kebersamaan kehidupan berbangsa. Seperti dalam berbagai kasus di DPR belakangan ini, para wakil rakyat masih lebih sibuk bermain "politik pasca pemilu" di seputar perebutan sumber-sumber daya ekonomi dan lingkar kekuasaan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

Nasional
PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

Nasional
Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung 'Cawe-cawe' Jokowi?

Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung "Cawe-cawe" Jokowi?

Nasional
Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Nasional
Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Nasional
Kisah VoB: Pernah DO, Manggung di Glastonbury, dan Kritiknya ke Dunia Pendidikan Kita

Kisah VoB: Pernah DO, Manggung di Glastonbury, dan Kritiknya ke Dunia Pendidikan Kita

Nasional
Soal Peluang Nasdem Dukung Anies di Jakarta, Ahmad Ali: Hanya Allah dan Surya Paloh yang Tahu

Soal Peluang Nasdem Dukung Anies di Jakarta, Ahmad Ali: Hanya Allah dan Surya Paloh yang Tahu

Nasional
Safenet: Kalau 'Gentleman', Budi Arie Harusnya Mundur

Safenet: Kalau "Gentleman", Budi Arie Harusnya Mundur

Nasional
Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com