Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Affan Ramli
Pengajar

Pengajar Berpikir Kritis di Komunitas Studi Agama dan Filsafat (KSAF) dan di Akademi Adat (AKAD)

Debat Capres: Kegagapan Memahami Duduk Perkara Pelanggaran HAM

Kompas.com - 18/12/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAMPAKNYA Aceh ingin memengaruhi percakapan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Debat Pertama Calon Presiden (Capres) pada Selasa (12/12) lalu.

Beberapa jam sebelum acara debat Capres dimulai, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menggelar Rapat Paripurna Peluncuran Laporan Temuan Pelanggaran HAM di Aceh.

Laporan itu ditulis oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Aceh, berisi penjelasan detail 5.195 kasus pelanggaran HAM di negeri Serambi Mekah itu. Berupa penyiksaan, kekerasan seksual, pembunuhan, dan penghilangan paksa yang terjadi sepanjang 30 tahun konflik bersenjata RI-GAM.

Tentu saja, Aceh tidak berniat melokalisasi percakapan laporan KKR itu untuk diri mereka sendiri. Lagi pula di republik ini, pelanggaran HAM terjadi dari ujung ke ujung, dari Aceh hingga Papua.

Bisakah pengalaman Aceh mengungkapkan pelanggaran HAM masa lalu, menjadi model bagi agenda nasional masa depan?

Harusnya, itu diperbincangkan dalam Debat Pertama Capres 2024. Di mana HAM menjadi salah satu isu utama di samping Hukum, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi, dan Penguatan Demokrasi dalam tema debat pertama yang dipilih KPU.

Ketiga Capres sayangnya, masih gagap memahami duduk perkara pelanggaran HAM oleh negara. Nyaris semua gagasan yang dipercakapkan bersifat normatif permukaan.

Seperti perlunya dialog, keadilan, dan mendengarkan suara korban untuk penegakan HAM di Indonesia.

Prabowo Subianto, Capres nomor urut dua, satu tingkat lebih konservatif karena masih menggunakan kerangka pikir keamanan, pertahanan, dan stabilitas negara dalam mengurai persoalan pelanggaran HAM. Terutama pelanggaran HAM di Papua yang ditanyakan panelis.

Artinya, Prabowo mengutamakan keamanan negara di atas segalanya. Peradaban HAM tidak akan tumbuh di Indonesia dengan kerangka pikir seperti itu.

Agak mengejutkan banyak orang, Prabowo memiliki trauma teoritis yang cukup dalam tentang isu HAM. Baginya, selama isu pelanggaran HAM masa lalu ditujukan pada dirinya, itu bersifat tendensius atau politisasi HAM untuk menyerang citra politiknya.

Harus diakui memang, joget Gemoy telah disemarakan seluas mungkin oleh Tim Sukses Prabowo bagian dari strategi memperbaiki citranya yang militeristik, emosional, dan dekat dengan sejarah kekerasan negara pada masa lalu.

Joget Gemoy membentuk citra Prabowo yang menyenangkan dan riang gembira. Namun, caranya mereaksi perdebatan pelanggaran HAM di panggung debat telah meruntuhkan citra itu.

Capres nomor 3, Ganjar Pranowo, mengusulkan pendekatan lain yang lebih dibutuhkan selain pendekatan keamanan dan pertahanan.

Ganjar menekankan pentingnya dialog semua pihak untuk didengarkan dalam penyelesaian pelanggaran HAM di Papua. Bukankah gagasan penegakan HAM seperti itu terdengar masih terlalu basa basi?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com