Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Cak Imin: Bermesraan dengan Prabowo, Main Mata dengan Ganjar, "Jadian" dengan Anies

Kompas.com - 01/09/2023, 10:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADIGIUM lama mengatakan, politik adalah the art of possibilities atau seni bermanuver di tengah berbagai kemungkinan.

Landasan teorinya adalah teori permainan (games theory) di mana diasumsikan setiap aktor di dalam arena politik adalah aktor rasional yang memahami situasi di satu sisi dan memahami kepentingannya di sisi lain.

Jadi the art of possibilities di dalam politik boleh dimaknai sebagai kemampuan dalam memosisikan di tempat dan waktu yang paling menguntungkan, baik secara politik maupun secara ekonomi, atau salah satunya.

Dengan kata lain, segala tindakan dan keputusan politik dari aktor politik telah melalui uji kelayakan politik, baik oleh aktor itu sendiri maupun oleh institusi politik yang diwakili oleh aktor politik tersebut.

Adigium ini nampaknya dipahami secara mendalam oleh Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Sudah tak diragukan lagi, beliau adalah salah satu politisi "paling lincah" sejagat Indonesia, jika ingin menggunakan terminologi yang agak sopan.

Atau dalam terminologi yang agak tendensius dan negatif, boleh juga dikatakan bahwa beliau adalah salah satu politisi paling "licin" di negeri ini.

Jika belut sering diidentikkan dengan makluk air yang licin, maka secara terminologis, Cak Imin di atas itu "makom politiknya."

Mengapa? Karena selicin-licinnya belut masih bisa ditangkap dengan berbagai cara oleh manusia, mulai dengan pancingan atau dengan jepitan khusus penangkap belut.

Sementara Cak Imin tak mempan dengan pancingan dan tak takluk pada aneka rupa jepitan politik.

Saya masih ingat selepas reformasi, Salim Said, sebelum didaulat menjadi profesor pernah mengatakan bahwa hanya ada dua politisi hebat di Indonesia pada era Orde Baru. Pertama adalah Suharto. Kedua adalah Gus Dur alias Kiai Haji Abdurrahman Wahid.

Namun selepas itu, sampai hari ini tentunya, nampaknya kategori tersebut harus beliau ubah. Boleh jadi Suharto adalah politisi hebat pertama, tapi yang kedua nampaknya bukan Gus Dur lagi, melainkan Cak Imin.

Mengapa? Karena Cak Imin justru mampu menyisihkan Gus Dur dari partai yang dibangunnya sendiri, yakni PKB.

Bagaimana bisa? Karena, sebagaimana asumsi saya di atas, Cak Imin nampaknya memang sangat memahami politik sebagai the art of possibilities.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) melakukan hormat usai melakukan Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilu tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (8/8/2022). KPU telah menerima berkas dari 18 partai politik yang mendaftar sebagai calon peserta Pemilu 2024 di hari kedelapan pendaftaran. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) melakukan hormat usai melakukan Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilu tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (8/8/2022). KPU telah menerima berkas dari 18 partai politik yang mendaftar sebagai calon peserta Pemilu 2024 di hari kedelapan pendaftaran. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Boleh jadi nilai matematikanya tak terlalu bagus saat sekolah atau kuliah, tapi kalkulasi politiknya sampai hari ini lebih sering terbukti ketimbang tidak.

Ketika Cak Imin mengakuisisi PKB dari Gus Dur dan keluarga, Cak Imin memang terlebih dahulu mengamankan portofolio politiknya di dalam pemerintahan SBY.

Jabatan menteri sedang ada di tangannya kala itu. Bukan tanpa preseden tentunya. Jusuf Kalla atau akrab disapa JK lebih dulu memainkan kartu yang hampir serupa.

Pada 2004, Jusuf Kalla mundur dari konvensi calon presiden Partai Golkar untuk berpasangan dengan SBY di pemilihan presiden langsung pertama Indonesia.

Namun setelah menang dan mengamankan posisinya sebagai wakil presiden, JK kembali ke Golkar dan menguasai jejaring kader partai beringin tersebut untuk kemudian dijadikan infrastruktur politiknya menuju bangku Golkar satu. Dan JK memang mendapatkannya.

Dari aksi JK tersebut, nampaknya Cak Imin memahami betul bahwa memiliki portofolio politik di dalam pemerintahan adalah modal sangat penting saat berhadapan dengan kekuatan besar di dalam internal partai.

Dengan menduduki posisi menteri, sementara Gus Dur hanya mantan presiden yang diturunkan di tengah jalan, maka itulah waktu yang tepat bagi beliau untuk mengambil kemudi PKB. Dan seperti JK, Cak Imin juga berhasil.

Dalam perjalanan setelah itu pun, PKB dan Cak Imin terbukti handal dan lihai dalam bermanuver, baik secara personal maupun secara organisasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com