Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Cak Imin: Bermesraan dengan Prabowo, Main Mata dengan Ganjar, "Jadian" dengan Anies

Kompas.com - 01/09/2023, 10:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ia bertahan selama 10 tahun di dalam pemerintahan SBY sebagai menteri di satu sisi dan bertahan selama dua puluh tahun lebih di tampuk kepemimpinan PKB di sisi lain.

Bahkan dalam konteks internal PKB, Cak Imin mendapat pujian luar biasa dari Zulkifli Hasan dalam acara resmi Partai Amanat Nasional baru-baru ini, acara yang berpeluang menjadi acara terakhir Cak Imin bersama kubu Prabowo, jika dalam waktu dekat Cak Imin akhirnya benar-benar dideklarasikan sebagai calon wakil presiden Anies Baswedan.

Apa yang dipuji oleh Zulkifli Hasan? Yang dipuji adalah kemampuan Cak Imin dalam memobilisasi, mengorkestrasi, dan mengonsolidasi dukungan internal PKB sehingga membuat Cak Imin selalu dipilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PKB.

Di dalam pemerintahan, PKB dan Cak Imin nyatanya tak hanya sampai ujung pemerintahan SBY.

Saat Partai Demokrat kehilangan arah setelah Anas Urbaningrum masuk penjara dan masa pemerintahan SBY berakhir, PKB dan Cak Imin dengan mulus berakhir di koalisi pendukung Joko Widodo.

Sebagaimana diketahui, pada 2014, anggota koalisi pendukung Jokowi tak banyak jumlahnya. Dan PKB adalah salah satunya.

Walhasil, insting politik Cak Imin lagi-lagi terbukti moncer. PKB kembali berlabuh di dalam pemerintahan. Tak dinyana, insting tersebut melebihi insting Partai Golkar yang sering dicap sebagai partai yang selalu berada di dalam kekuasaan.

Terbukti nyatanya Golkar tidak selamanya masuk ke dalam pemerintahan karena perjuangannya dimulai dari nol seperti PKB dan Cak Imin.

Pada 2014, Golkar berkoalisi dengan Gerindra dan partai-partai lainnya mendukung Prabowo-Hatta. Tapi setelah pemilihan usai, sebagaimana biasanya, Golkar mulai bergerilya untuk mencari cara agar masuk ke dalam pemerintahan.

Nah, nampaknya untuk pemilihan tahun 2024 nanti, Cak Imin dan PKB sudah mulai mengeluarkan jurus klasiknya, jurus khas Cak Imin, yang secara garis besar bisa dipahami, tapi secara teknis sulit ditebak langkahnya.

Sudah kita saksikan bahwa PKB dan Cak Imin memulai debutnya dengan mendatangi markas Prabowo Subianto tahun lalu yang berakhir dengan koalisi awal pedukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden.

Hubungan tersebut kian mesra, sampai membentuk Sekretariat Bersama atau Sekber antara Partai Gerindra dan PKB.

Namun dalam kemesraan itu, hanya satu kepastian politik yang selalu muncul, yakni Prabowo sebagai bakal calon presiden. Sementara posisi Cak Imin dari PKB sama sekali belum jelas.

Minggu demi minggu berlalu, lalu berganti bulan, kemudian berganti tahun, dan beberapa waktu lalu, kepastian yang terus dipertahankan di tengah hubungan Partai Gerindra dan PKB hanya soal kepastian politik Prabowo sebagai calon presiden.

Sementara Cak Imin masih tetap dirundung ketidakpastian, meskipun berkali-kali diisyarakatkan ketertarikan Cak Imin untuk menjadi calon wakil presiden.

Status quo tersebut mulai nampak agak goyah ketika memasuki situasi baru di mana Partai Golkar dan PAN secara tiba-tiba memutuskan untuk bergabung dengan koalisi pendukung Prabowo, meskipun secara kasat mata PKB dan Cak Imin tetap memberi sinyal akan bertahan di dalam koalisi.

Sinyal dari Cak Imin dan PKB mulai berubah setelah acara ulang tahun PAN beberapa hari lalu, di mana terjadi perubahan nama koalisi, yang ternyata kabarnya tidak melibatkan Cak Imin dan PKB saat pengambilan keputusan perubahan nama koalisi tersebut.

PKB mempertanyakan keputusan koalisi tersebut, mulai dari alasan perubahan nama sampai pada ketidakterlibatan PKB dan Cak Imin di dalamnya.

Sinyal dari PKB yang tidak seperti biasanya saat berhadapan dengan sikap dan keputusan Partai Gerindra selama ini sejatinya telah menjadi sinyal awal bahwa Cak Imin dan PKB tinggal menunggu waktu untuk hengkang dari koalisi. Karena sudah sangat jelas masalahnya.

Selama lebih dari satu tahun PKB mengalah pada satu "kepastian" di dalam hubungannya dengan Partai Gerindra, yakni kepastian Prabowo sebagai calon presiden, tanpa kejelasan politik atas status Cak Imin, lalu tiba-tiba setelah Partai Golkar dan PAN masuk koalisi, Gerindra dan teman-teman barunya mengubah nama koalisi tanpa mengajak Cak Imin dan PKB berbicara.

Dari situasi itu, bukankah sudah sangat jelas terlihat dan terbaca bahwa PKB memang sudah tidak lagi berada dalam posisi menguntungkan, baik secara personal (Cak Imin) maupun secara organisasional.

Artinya, langkah PKB untuk keluar dari koalisi pendukung Prabowo sebenarnya sudah terbaca secara kasat mata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com