JAKARTA, KOMPAS.com - Kontroversi Pondok Pesantren Al Zaytun yang muncul akhir-akhir ini, diakui berdampak pada kehidupan alumni ponpes tersebut.
Narahubung Forum Komunikasi Alumni Al Zaytun Muhammad Ikhsan mengatakan, dampak kontroversi itu dialami oleh sebagian besar alumni baik dari sisi kehidupan sosial maupun dunia kerja.
Dari sisi kehidupan sosial, misalnya, banyak para alumni yang mulai mendapatkan pertanyaan atas kontroversi yang berkembang. Salah satunya soal diperbolehkannya zina, sebagaimana diungkapkan oleh Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan.
Baca juga: Wapres Tegaskan Penistaan Agama di Al Zaytun Bakal Diproses Hukum
"'Eh itu beneran zina pas sekolah?' Itu aja ditanya pasti terganggu. Itu yang tanya masih tabayun, tapi ada yang nge-judge langsung gitu, 'kamu boleh zina, sholatnya sesat'," kata Ikhsan saat dihubungi melalui telepon, Jumat (7/7/2023).
Sementara di dunia kerja, diakui Ikhsan, dampak yang dirasakan para alumnus tak kalah besarnya.
Misalnya, ia menyebut, ada salah seorang alumni yang bercerita bahwa kliennya sampai membatalkan proyek pekerjaan karena mengetahui latar belakang pendidikannya yang berasal dari Al Zaytun.
Baca juga: Pendiri Ungkap Oknum Agen BIN Jadi Petinggi di Al Zaytun, Ini Perannya...
"Ada (juga alumni yang) tahapan di kariernnya (akan naik) ketika tahu alumni Al Zaytun akhirnya lepas, dalam beberapa bulan ini (terus terjadi)," tutur Ikhsan.
Padahal menurut Ikshan, para alumni Al Zaytun banyak yang benar-benar menempuh pendidikan formal di tempat itu tanpa mengikuti gerakan bawah tanah Negara Islam Indonesia (NII).
Di sisi lain, Ikhsan meyakini, Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang membuat pendidikan formal yang mereka tempuh sebagai kedok agar bebas dari pidana.
"Jadi pendidikan di Al Zaytun itu cuma tameng, jadi kalau ada masalah di undergroundnya, jadi berlindung di balik formalnya," ucap Ikhsan.
Dia berharap pemerintah bisa menyelesaikan masalah Al Zaytun tersebut sehingga tak ada lagi gonjang-ganjing yang mengganggu kehidupan para alumni yang sudah berada di tengah-tengah masyarakat.
"Kita ingin ini selesai lah, kita yakin negara punya mekanisme untuk menyelesaikan ini. Jangan sampai hari ini terjadi jangan terjadi di masa depan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.