JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Chappy Hakim mengatakan bahwa saat ini masyarakat memasuki era cyber war atau era perang siber.
Hal ini, menurut dia, terlihat salah satunya dari tidak adanya desain pesawat tempur baru dalam beberapa tahun terakhir.
“Kita bisa menyadari bahwa sampai sekarang, 5-10 tahun belakangan ini, kita tidak pernah mendengar lagi desain pesawat tempur yang baru,” kata Chappy dalam seminar bertajuk “Pertahanan Cerdas 5.0 Ibu Kota Nusantara” di Hotel Borobudur Jakarta, dipantau secara daring, Kamis (25/5/2023).
Baca juga: TNI AU Siagakan Pesawat Tempur F-16 Jadi Unsur Sergap Pengamanan KTT ASEAN
Chappy mengungkapkan bahwa 20 hingga 30 tahun lalu, masyarakat masih mendengar desain pesawat tempur baru seperti F-22 Raptor atau F-35 buatan Amerika Serikat.
Namun, tidak demikian belakangan ini.
“Mengapa? Karena mereka sudah berpindah ke drone. Karena sudah memasuki cyber war,” ucap KSAU periode 2002-2005 itu.
Oleh karena itu, kata Chappy, deteksi dini dalam sistem pertahanan nasional, terutama pertahanan udara dinilai penting dan dominan perannya untuk saat ini.
“Penerbangan-penerbangan liar sekarang tidak perlu pesawat. Pengintaian itu sudah sangat mudah dilakukan,” ujar Chappy.
Chappy menyebutkan, deteksi menjadi hal yang paling utama ketika mendesain sistem pertahanan udara, terutama untuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Selama ini, kata dia, Indonesia tertinggal dalam hal tersebut.
“Maka kita akan mengalami kesulitan besar. Benar bahwa hanud (pertahanan udara) titik mungkin sudah tidak memadai lagi, karena radius dari hanud titik itu, sudah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi kemampuan drone,” kata Chappy.
“Kemampuan teknologi cyber war telah mengabaikan semua hal-hal yang konvensional,” ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.