Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Orangtua WNI di Sudan, Lega Anaknya Bebas dari Suara Bom dan Rentetan Senjata Api

Kompas.com - 28/04/2023, 16:33 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tamam, orangtua Kamila, warga negara Indonesia (WNI) yang berhasil dievakuasi kembali ke Tanah Air pada hari ini, Jumat (28/4/2023) merasa bersyukur.

Warga Pemalang, Jawa Tengah ini bersyukur anaknya bisa selamat dari kondisi konflik bersenjata di Sudan yang sedang berlangsung belakangan ini.

Ditemui di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Tamam mengungkapkan kekhawatirannya sebelum sang putri belum sampai di Indonesia.

Kondisi mencekam di Sudan diceritakan putrinya. Ledakan bom, suara rentetan tembakan senjata api dan suara-suara kehancuran lainnya mengusik pikiran Tamam setiap saat.

"Dia cerita dentuman bom dan peluru nyasar. Ada suasana mencekam di negara orang lain, dia perempuan, sendiri. Enggak ada saudara," kata Tamam.

Baca juga: BERITA FOTO: 385 WNI Penyintas Perang Sudan Tiba di Tanah Air

Tamam dan keluarga mengetahui konflik di Sudan sudah dimulai sejak 12 April 2023. Kamila yang sudah menginjak semester akhir dalam studi setara Strata 1 terus mengabarkan kondisinya di Sudan.

Tamam khawatir. Beberapa kali ia menghubungi pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Khartum, Sudan.

Apalagi setelah Kamila menyebut ada peluru nyasar yang mengenai bangunan tempat dia tinggal. Kabar peluru nyasar itu semakin membuat Tamam bingung.

"Dia cerita ada peluru nyasar, itu yang kami khawatirkan," kata dia.

Baca juga: Aliran Besar-besaran Pengungsi Sudan Bisa Picu Ketidakstabilan Kawasan

Berulang kali Tamam menghubungi KBRI. Ia pun mendapat jawaban rinci yang membuat Tamam dan keluarga lebih tenang.

Namun, ketenangan itu baru sedikit dia rasakan. Setelah mendengar kabar gencatan senjata saat Idul Fitri, Kamila menelepon ke rumah.

Kamila menceritakan proses evakuasi yang akan dilakukan di momen tersebut.

Evakuasi itu berjalan cepat. Pada 24 April, Kamila sudah berada di Port Sudan untuk melanjutkan perjalanan laut menuju Jeddah, Arab Saudi.

Saat itulah Tamam dan istri merasa lemas. Di tengah Laut Merah, mereka kehilangan kontak Kamila.

Baca juga: Menlu: Masih Ada 111 WNI di Sudan yang Belum Dievakuasi

Bermacam pikiran negatif muncul, berjam-jam di Laut Merah tanpa kabar membuat Tamam kebingungan apakah anaknya selamat dlalam proses evakuasi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com