Warga Pemalang, Jawa Tengah ini bersyukur anaknya bisa selamat dari kondisi konflik bersenjata di Sudan yang sedang berlangsung belakangan ini.
Ditemui di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Tamam mengungkapkan kekhawatirannya sebelum sang putri belum sampai di Indonesia.
Kondisi mencekam di Sudan diceritakan putrinya. Ledakan bom, suara rentetan tembakan senjata api dan suara-suara kehancuran lainnya mengusik pikiran Tamam setiap saat.
"Dia cerita dentuman bom dan peluru nyasar. Ada suasana mencekam di negara orang lain, dia perempuan, sendiri. Enggak ada saudara," kata Tamam.
Tamam dan keluarga mengetahui konflik di Sudan sudah dimulai sejak 12 April 2023. Kamila yang sudah menginjak semester akhir dalam studi setara Strata 1 terus mengabarkan kondisinya di Sudan.
Tamam khawatir. Beberapa kali ia menghubungi pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Khartum, Sudan.
Apalagi setelah Kamila menyebut ada peluru nyasar yang mengenai bangunan tempat dia tinggal. Kabar peluru nyasar itu semakin membuat Tamam bingung.
"Dia cerita ada peluru nyasar, itu yang kami khawatirkan," kata dia.
Berulang kali Tamam menghubungi KBRI. Ia pun mendapat jawaban rinci yang membuat Tamam dan keluarga lebih tenang.
Namun, ketenangan itu baru sedikit dia rasakan. Setelah mendengar kabar gencatan senjata saat Idul Fitri, Kamila menelepon ke rumah.
Kamila menceritakan proses evakuasi yang akan dilakukan di momen tersebut.
Evakuasi itu berjalan cepat. Pada 24 April, Kamila sudah berada di Port Sudan untuk melanjutkan perjalanan laut menuju Jeddah, Arab Saudi.
Saat itulah Tamam dan istri merasa lemas. Di tengah Laut Merah, mereka kehilangan kontak Kamila.
Bermacam pikiran negatif muncul, berjam-jam di Laut Merah tanpa kabar membuat Tamam kebingungan apakah anaknya selamat dlalam proses evakuasi.
"Terutama ibunya (yang kebingungan), karena sempat lost contact karena di kapal pas perjalanan (laut) dari Port Sudan ke Jeddah," ucap dia.
Kapal evakuasi tersebut baru tiba di Pelabuhan Militer Jeddah sekitar pukul 09.00 waktu setempat pada Rabu (26/4/2023).
Mendengar kabar anaknya telah tiba di tempat yang aman, Tamam merasa bersyukur, lega, sekaligus berucap terima kasih kepada Tuhan.
Setelah tiba di Jeddah, Tamam berkomunikasi secara intensif, hingga akhirnya anaknya diberangkatkan dalam pemulangan tahap pertama ke Indonesia pagi ini.
"Memang yang jadi pemikiran kita kemudian juga anak saya itu kan tinggal 1 semester itu, sudah selesai. Halah yang penting selamat, yang penting sudah sampai ke Indonesia, keluar dari daerah konflik," pungkas dia.
Sebagai informasi, pemulangan tahap pertama sebanyak 385 WNI tiba di tanah air dari proses evakuasi di Sudan di Bandara Seokarno-Hatta hari ini, Jumat.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, ratusan WNI tersebut tiba dengan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 991.
WNI yang tiba di Tanah Air terdiri dari 248 perempuan, 137 laki-laki, di antara jumlah tersebut terdapat 43 anak-anak.
Diketahui, Sudan tengah mencekam karena pertempuran meletus antara tentara reguler dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang sudah berlangsung selama lebih dari sepekan.
Pertempuran untuk memperebutkan kekuasaan tersebut telah menewaskan ratusan orang dan membuat jutaan orang Sudan tidak mendapatkan akses ke layanan dasar.
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/28/16333081/cerita-orangtua-wni-di-sudan-lega-anaknya-bebas-dari-suara-bom-dan-rentetan