Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPP Bermasalah, Golkar Disebut Harus Bertindak demi Soliditas KIB

Kompas.com - 07/09/2022, 13:46 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro berbicara mengenai potensi bubarnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bentukan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Diketahui, PPP tengah mengalami konflik internal usai pemberhentian Suharso Monoarfa sebagai Ketua Umum (Ketum) PPP.

"Tak ayal banyak kalangan kini menanti kelanjutan KIB dalam menghadapi momentum Pemilu 2024 di saat PDI-P mulai bersafari politik, kemudian Gerindra-PKB yang telah merajut Koalisi Indonesia Raya, dan Nasdem intensif menggalang Poros Gondangdia bersama Demokrat-PKS walaupun belum resmi terbentuk," ujar Agung dalam keterangannya, Rabu (7/9/2022).

Agung menduga, pasang surut situasi KIB ini dimulai ketika hasil rekomendasi Mukernas PAN yang memunculkan banyak nama mengarah untuk menjaga partai agar tetap strategis, baik secara internal di KIB maupun di luar KIB.

Baca juga: Ketua DPP PPP: Ketua Umum Tetap atau Ganti, PPP Tetap Bersama KIB

Pasalnya, nama-nama yang dimunculkan di Mukernas PAN seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo juga mengemuka di Nasdem dan PKS.

Sementara, dalam konteks PPP, kini muncul dua ketua umum dengan struktur kepengurusan yang sama, yakni Suharso Monoarfa dan Muhammad Mardiono.

"Soliditas KIB dalam pemilu khususnya Pilpres 2024 sangat penting, menimbang ada syarat mutlak presidential threshold yang harus dipenuhi," tuturnya.

Agung mengingatkan bahwa KIB bisa bubar dengan sendirinya karena kekurangan kursi atau suara.

Baca juga: Kabar Suharso Diberhentikan dari Ketum, Golkar Tunggu Kepastian PPP untuk Kelanjutan KIB

Dengan demikian, partai politik yang tergabung dalam KIB akhirnya hanya sekedar jadi pelengkap koalisi.

"Di titik inilah Golkar sebagai poros KIB harus bergerak cepat untuk merespons keadaan yang terjadi agar soliditas KIB tetap terjaga hingga ditutupnya masa pendaftaran capres-cawapres oleh KPU," kata Agung.

Agung juga menyarankan sejumlah hal yang harus dilakukan Golkar demi mempertahankan eksistensi KIB.

Pertama, Golkar harus segera memformulasikan sembilan nama hasil Mukernas PAN agar tidak mengambang. Hal ini dilakukan untuk mencegah PAN malah berlabuh ke koalisi lain atau membentuk koalisi baru bersama partai lain.

Baca juga: Golkar Berharap KIB Tetap Solid meski Ketua Umum PPP Diberhentikan

Kedua, Golkar perlu menjalin komunikasi intensif dengan Suharso Monoarfa maupun Muhammad Mardiono agar keanggotaan PPP di KIB tetap langgeng.

"Karena bila Golkar hanya pasif, maka hal ini bisa semakin berisiko bagi KIB soal ketercukupan memenuhi presidential threshold," jelasnya.

Saran terakhir, Agung mengatakan, Golkar perlu menjajaki peluang koalisi dengan PDI-P, PKS, dan Demokrat yang belum secara resmi mengusulkan nama capres-cawapres untuk memastikan KIB tetap memiliki peluang maju ke arena pilpres.

Penjajakan dilakukan agar Golkar tidak ikut terlarut-larut dalam konflik internal PPP yang hingga saat ini masih belum selesai.

"Soliditas KIB di fase ini sesungguhnya selain penting secara eksternal untuk menghadirkan banyak poros demi mencegah polarisasi kembali terjadi sebagaimana dua pemilu sebelumnya, juga menjaga posisi tawar anggota-anggotanya," kata Agung.

Baca juga: PAN Harap Pemberhentian Suharso Tak Ganggu Hubungan PPP dengan KIB

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com