Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ishaq Zubaedi Raqib
Mantan Wartawan

Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU

Pengabdian Panjang Said Aqil Siradj di PBNU dan Persoalan Kaderisasi

Kompas.com - 11/12/2021, 11:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KH Said Aqil Siradj memastikan maju lagi untuk keempat kalinya sebagai calon Ketua Umum PBNU di muktamar ke-34 di Lampung. Sebelumnya, ia sudah pernah mencalonkan diri di muktamar ke-30 Lirboyo, Kediri, Jawa Timur dan kalah dari seniornya, KH Hasyim Muzadi. Vacum sekali di muktamar ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah. Ia menang berturut-turut di muktamar ke-32 Makassar, Sulawesi Selatan dan ke-33 Jombang, Jawa Timur.

Masa pengabdiannya sangat panjang, membentang dari periode terakhir kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid, yaitu 1994-1999 hingga tahun 2021. Dua periode KH Said Aqil Siradj atau Kiai Said menjadi Ketua Umum PBNU.

Ia sudah berada di PBNU alias kepengurusan pusat selama 27 tahun. Kalau usianya saat ini 68 tahun, dikurangi masa aktifnya di Syuriyah dan Tanfidziyah, maka Kiai Said sudah berada di jajaran elite PBNU sejak dia berusia 41 tahun!

Baca juga: Said Aqil Siradj Nyatakan Maju Kembali sebagai Calon Ketua Umum PBNU

Dari tahun 1982 hingga 1994, Kiai Said manggon di negeri wahabi, Arab Saudi. Selama 12 tahun ia menyelesaikan S-1 di King Abdil Aziz, dan S-2 serta S-3 Ummul Quro, Makkah Mukarromah.

Pulang dari sana, 1994-1999, ia jadi wakil katib saat kursi katib aam diduduki KH Prof M Dawam Anwar dan rais aam dijabat KH A Ilyas Ruchiyat. Ketika KH MA Sahal Mahfudh menjadi rais aam, Kiai Said salah seorang rais syuriyah.

Itu terjadi di periode pertama kepemimpinan KH A Hasyim Muzadi, yaitu PBNU 1999-2004. Di periode kedua kepengurusan KH A Hasyim Muzadi, 2004-2009, Kiai Said pindah dari Syuriyah menjadi salah seorang ketua Tanfidziyah PBNU. Lalu ia memimpin PBNU selama dua periode, dari 2009-2014 dan 2014 hingga saat ini, 2021. Bonus tambahan 1 tahun, "berkah" Covid-19 yang memaksa muktamar ke-34 ditunda ke 2021.

Antrean panjang

Kalau di Lampung ia dipilih lagi menjadi Ketua Umum PBNU, maka 27 tahun khidmah ditambah 5 tahun lagi, Kiai Said akan menguasai elite kepengurusan NU selama 3 dekade plus 2 tahun !

Alangkah panjang dan alangkah lamanya. Padahal, sepanjang tahun-tahun itu, telah terbentuk puluhan kader mumpuni, memenuhi kualifikasi, dan melewati tahapan pengkaderan. Hasil MKNU dan PPKNU atau proses lainnya.

Simaklah sejumlah nama berikut ini. Mereka adalah kader-kader teras NU yang lahir dekade 60-an. Dr Andi Jamaro Dulung (12/12/1960), Endin AJ Sufihara (17/11/1960), Akhmad Muqowam (1/12/1960), Saifullah Ma'shum (25/11/1960), Lukman Hakim Saifuddin (25/11/1962), Ali Masykur Musa (12/09/1962), Imam Aziz (29/03/1962), Abdul Halim Iskandar (14/07/1962), dan Achmad Effendy Choirie (17/06/1963).

Nama-nama selanjutnya, lebih muda, lebih segar dan "wajib" memimpin menjelang seabad NU. Marsudi Syuhud (7/02/1964), Saifullah Yusuf (28/08/1964), Arvin Hakim Thoha (25/10/1964), An'im Falahuddin Mahrus (06/06/1964), Yahya Cholil Staquf (16/02/1966), Marzuki Mustamar (22/09/1966), Amin Said Husni (19/08/1966), A Muhaimin Iskandar (24/09/1966), Khatibul Umam Wiranu (10/02/1966), Ulil Abshar-Abdalla (11/01/1967).

Itu yang sempat dicatat, di luar nama yang muncul dari wilayah dan cabang. Antreannya panjang. Mereka "lahir" di tahun-tahun masa khidmah Kiai Said, yakni dalam 27 tahun.

Mereka sudah matang di IPNU, PMII, GP Ansor, lembaga, badan otonom dan lajnah PBNU. Salah satu nama dari kelompok terakhir, Gus Yahya Staquf, bahkan sudah ikut manhaj Gus Dur dan Kiai Said, yakni di Syuriyah sebagai Katib Aam PBNU.

Gerbong kelahiran 1960-an panjang sekali. Bagi yang lahir 1960-1965, di muktamar ke 35, mereka akan berumur kepala 6. Terlalu tua untuk bisa sigap dan lihai memegang setir jam'iyyah. Tidak bisa terlalu diharap bermanuver menyelamatkan jemaah. Membuat jam'iyyah kompetitif saja, mereka tidak akan mudah.

Menyadari situasi ini, maka kepemimpinan NU ke depan, sebaiknya berada di tangan kader kelahiran 1965 hingga 1969. Sebab, jika kesempatan ini berlalu, akan lewat pula kepemimpinan satu generasi gerbong panjang.

Baca juga: Maruf Amin soal Muktamar NU: Gegeran Dulu, kalau Selesai Ger-geran

 

Mereka akan kehilangan panggilan sejarah. Terlebih jika generasi di atasnya berkeras menguasai PBNU, dan atau karena desakan inner cycle tertentu, mereka merasa masih bisa bersaing menaklukkan millenium ketiga. Sebab, usai satu kali muktamar ke depan, satu lapisan generasi, sudah siap menyongsong awal abad kedua NU.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com