Dapat diyakini, kepengurusan NU tengah mengalami kebekuan serius. Penulis pernah hadir dalam sejumlah institusi tertinggi organisasi seperti musyawarah nasional (munas), muktamar atau kongres. Ikut menyaksikan organisasi memecah kebekuan regenerasi dengan mekanisme yang solid. Dari Wahono ke Harmoko. Dari Harmoko ke Akbar Tandjung, lalu ke pengusaha HM Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie.
Simak juga bagaimana organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP) seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menghindari kebekuan. Bagi KNPI, regenerasi berjalan karena menjadi salah satu program wajib.
Tersendatnya regenerasi berarti program tidak berjalan dengan benar. Dari Tjahjo Kumolo ke Tubagus Haryono yang mengalahkan Herman Widyananda. Lalu ke Adhyaksa Dault dan Idurs Marham. Kemudian Hasanuddin dan Ahmad Doli Kurnia.
Di kamar sebelah, PP Muhammadiyah istiqamah membangun kaderisasi, demi terpelihara, terjaga dan terlindunginya generasi penerus. Maka suksesi berlangsung seperti ketetapan alam. Dari HM Amien Rais berlanjut ke Buya Ahmad Syafii Ma'arif. Setelah dua periode, kepemimpinan Buya Syafii Ma'arif dilanjutlan oleh Prof Din Syamsuddin dengan periode yang sama, hingga terpilihnya Prof Haedar Nashir.
Setiap lapisan generasi, di dalamnya membawa serta anak muda pada masanya, termasuk di lingkungan NU. Di era Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi banyak kader bermunculan. Sebutlah Achmad Bagdja (DPA RI), M Rozy Munir (Menneg BUMN), Muhyiddin Arubusman (DPR RI), Ichwan Syam (Sekum MUI), Abduh Paddare, Tosari Widjaja (Dubes RI), Fahmi D Saifuddin, A Wahid Zaini, Mustofa Zuhad Mughni, Fajrul Falaakh.
Nama-nama ini mengisi lokomotif Gus Dur. Setelah Gus Dur lengser, satu-satu anggota "the dream team"-nya turun pentas.
Datanglah nakhoda baru, KH Hasyim Muzadi. Ia membawa sebagian nama-nama lama dan mengajak lebih banyak kader baru yang lebih fresh seperti Endang Turmudi, Abdul Aziz, Anas Tahir, Iqbal Sullam, Masykuri Abdillah, Saiful Bahri Ansori, Ronin Hidayat, A Mahrus, Taufiq Abdullah, Masduki Baidlawi.
Menjelang 28 tahun kepemimpinan KH Idham Chalid yang hegemonik, datanglah Gus Dur dan lokomotifnya mencairkan kebekuan regenerasi. Memecah kejumudan suksesi yang akut.
Setahun lagi, Kiai Said akan menggenapkan masa pengbadiannya di PBNU, baik di Syuriyah maupun di Tanfidziyah, juga 28 tahu! Sebaiknya ada kader muda dan segar yang berani "menghidupkan" Gus Dur untuk mendobrak kemacetan regenerasi.
Diperintah senior, dapat bisikan, mendengar suara usai ziarah makam pendiri organisasi, melakukan laku batin khusus, didesak wilayah dan cabang adalah alasan orang menginginkan posisi ketua umum organisasi. Alasan-alasan macam itu muncul baik ormas umum atau ormas keagamaan, baik orsospol (organisasi sosial politik), apalagi partai politik (parpol). OKP (organisasi kemasyarakatan pemuda) pun merasa mewarisi alasan yang sama.
Seperti sebuah kunci jawaban yang dihafal luar kepala anak-anak sekolah, seperti itu pulalah kita akan mendapat jawaban jika ada pertanyaan terkait Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Airlangga Hartanto, A Muhaimin Iskandar, Zulkifli Hasan, Agus Harimurti. Persis web search engine merespon setiap pertanyaan, jawaban standar macam itulah yang akan terdengar dari kandidat ketua umum organisasi keagamaan.
Mesin pencari web atau mesin telusur web (web search engine) adalah program komputer yang dirancang melakukan pencarian atas berkas-berkas yang tersimpan dalam layanan www, ftp, publikasi milis. Mesin pencari merupakan perangkat penelusur informasi dari dokumen-dokumen yang tersedia. Hasil pencarian ditampilkan dalam bentuk daftar yang sering kali diurutkan menurut tingkat akurasi.
Coba tanyakan itu kepada tokoh ormas keagamaan. Permintaan dan perintah kiai, dapat ketenangan batin dan ketetapan hati setelah ziarah maqbaroh para awliya, suara mayoritas wilayah-cabang, adalah alasan kenapa ingin merebut kursi orang nomor satu.
Kalau dia seorang petahana, akan ada alasan tambahan. Karena merasa ahli atau tak percaya kadernya, maka ia maju lagi untuk pekerjaan yang belum tuntas. Alasan yang mengada-ada. Allahu A'lamu Bishshowaab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.