JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim menilai, kedua calon presiden belum membahas perihal penanaman Pancasila di ranah informal dan nonformal saat debat keempat Pilpres 2019 pada Sabtu (30/3/2019).
Hal itu dikatakannya melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (2/4/2019).
"Kedua capres juga belum menyinggung pendidikan Pancasila di ranah informal dan non-formal. Ini juga sangat penting dilakukan," kata Satriwan.
Pada debat keempat, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sama-sama menginginkan agar pendidikan Pancasila diajarkan sejak dini.
Baca juga: Respons Debat Capres, FSGI Sebut Penanaman Pancasila di Sekolah Sudah Dilakukan
Menurut Satriwan, saat ini penanaman ideologi Pancasila melalui pendidikan formal sudah dilakukan melalui tiga hal.
Tiga hal itu adalah melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)/PKn di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan membentuk kebiasaan sehingga menjadi budaya sekolah.
Selain itu, ia menilai, penanaman Pancasila selain melalui jalur pendidikan informal juga penting, salah satunya melalui pendidikan di lingkungan keluarga.
Baca juga: 2 Hal yang Dapat Dicatat Pendukung Jokowi dan Prabowo Saat Debat Keempat
Satriwan mengungkapkan, perwujudannya dapat melalui penyerapan nilai Pancasila dalam kebijakan negara yang mendorong inklusi sosial dan ekonomi.
Sementara, pendidikan non-formal memiliki arti berbasis masyarakat, yang dapat berupa les atau bimbingan belajar.
"Kalau non-formal itu berbasis komunitas, masyarakat, kalau informal itu pendidikan keluarga," kata dia.
Para elit juga dinilai perlu memberikan contoh pengamalan Pancasila.
"Itulah sesungguhnya yang dibutuhkan oleh generasi saat ini agar nilai-nilai Pancasila bisa diaktualisasikan dalam perbuatan, bukan sekedar tumpukan perkataan, hapalan, dan perdebatan," ujar Satriwan.