JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas publik menginginkan para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) mengurangi wacana yang dapat membelah masyarakat. Hal ini diungkapkan dalam survei yang dilakukan LSI Denny JA beberapa waktu lalu.
Peneliti dari LSI Denny JA Ardian Sopa mengungkapkan, publik khawatir dalam Pemilu 2019 akan terjadi pembelahan masyarakat atas isu agama. Ini terjadi seperti pada kasus Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
"Publik yang khawatir sebanyak 64,2 persen," kata Ardian dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Adapun publik yang merasa tidak khawatir tercatat sebanyak 15,8 persen. Sementara itu, yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 20 persen.
Dalam survei tersebut ditemukan pula bahwa mayoritas publik menginginkan capres dan cawapres yang lebih mewacanakan isu kebangsaan dan kebersamaan. Angkanya mencapai 75,3 persen.
Baca juga: Politik Identitas Akan Tetap Eksis di Pemilu 2019, Masyarakat Jangan Mudah "Baper"
Adapun yang menjawab tidak perlu mencapai 16,6 persen dan sisanya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Tidak hanya itu, civil society atau masyarakat sipil pun dianggap kurang mewacanakan isu kebangsaan dan kebersamaan. Sebanyak 53,7 persen menyatakan civil society kurang memberi perhatian cukup terhadap isu kebangsaan dan kebersamaan.
"Sebanyak 37,8 persen publik menyatakan civil society cukup memberikan perhatian kepada isu kebangsaan dan kebersamaan, sisanya menyatakan tidak tahu," kata Ardian.
Terkait hal ini, mayoritas publik berharap ada forum bersama yang kuat soal isu kebangsaan dan kebersamaan. Angkanya mencapai 86,7 persen dan hanya di bawah 10 persen yang tidak setuju.
Survei dilakukan pada 28 Juni-5 Juli 2018 dengan metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden.
Adapun margin of error sebesar 2,9 persen. Survei dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
LSI Denny JA pun melengkapi survei dengan penelitian kualitatif menggunakan analisis media, focus group discussion, dan wawancara mendalam. Survei dibiayai secara mandiri oleh LSI Denny JA.