JAKARTA, KOMPAS.com - Lukisan Daya Olivia Korompis (38) dengan judul "Flowers in the Garden" dipamerkan dalam acara amal resital piano bertajuk "Differences Unite" yang digelar Yayasan Naraya Kasih Indonesia dan Ananda Sukarlan Center.
Daya merupakan salah satu anak didik sekaligus pendiri Sekolah Daya Pelita Kasih. Adapun lukisan bergambar bunga berwarna-warni itu merupakan ekspresi seni dari perempuan berkebutuhan khusus tersebut.
Lewat terapi berupa belajar seni di sekolah itu, sejak 2003 Daya mulai mengembangkan kemampuan melukisnya. Sudah sekitar 50 lukisan dihasilkan oleh Daya, di mana beberapa di antaranya bahkan laku dijual.
"Kalau Daya memang sudah 50-an, sudah ada lukisan semua, dan sudah banyak juga yang terjual," kata Ketua Yayasan Daya Pelita Kasih, Katharina Lita Wewengkang, di pameran yang merupakan bagian dari konser amal Ananda Sukarlan, di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Senin (5/3/2018).
Keterbatasan tidak menghalangi Daya untuk bisa menghasilkan suatu lukisan. Padahal, kelainan kromosom atau kromosom abnormal yang dideritanya, salah satunya membuat dia mengalami kesulitan menggunakan kemampuan tangannya.
Kelainan ini juga memengaruhi syaraf motorik kasar dan motorik halusnya. Karena itu, jika dia berjalan, kurang bisa menjaga keseimbangan sehingga mudah jatuh.
(Baca juga: Ketika Anak Berkebutuhan Khusus Tampil Menari Gandrung di Banyuwangi)
Namun, Daya tetap bisa menorehkan warna di atas kanvas sehingga menghasilkan suatu karya seni lukis yang menarik.
"Jadi semua lukisannya (dibuat dengan cara) ketuk-ketuk, tapi bisa menghasilkan suatu karya yang baik," ujar Lita.
Lita mengatakan, mata pelajaran seni merupakan salah satu terapi (art therapy) bagi para anak didik berkebutuhan khusus di sekolahnya. Anak didik sekolah ini hampir mencapai 50-an. Beberapa di antara mereka menyandang autisme.
"Karena kebanyakan dari mereka tidak bisa atau nonverbal, tidak bisa menyampaikan apa isi hati," ujar Lita.
Untuk anak didiknya yang masih mampu berbicara, hasil lukisannya cenderung bergaya realisme. Sementara yang tidak berkemampuan komunikasi cenderung menghasilkan lukisan dengan gaya abstrak.
Lita menyadari bahwa setiap anak didiknya adalah spesifik, unik, berkarakter berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga, lukisan merupakan gambaran ekspresi anak didiknya yang beragam itu.
Tak hanya seni melukis, anak didiknya juga sebagian ada yang belajar musik. Pihaknya bekerja sama dengan Ananda Sukarlan Center untuk mendatangkan pengajar musiknya.
Lukisan Daya merupakan satu dari puluhan lukisan lain yang dibuat oleh mereka-mereka yang berkebutuhan khusus atau menyandang disabilitas di acara ini.