Salah seorang penumpang maskapai Cathay Pacific CX718 rute Jakarta-Hongkong mengaku membawa bom. Akibatnya, penerbangan sempat tertunda sekitar 30 menit dari jadwal keberangkatan yang seharusnya, yakni pukul 08.20 WIB.
Setelah diperiksa beberapa jam, Djoni tidak dikenai sanksi. Djoni mendapat peringatan keras dari pemeriksanya, penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) otoritas Bandara Soekarno-Hatta, serta batal terbang ke Hongkong.
(Baca: Ketiga Kalinya, Ada Penumpang Mengaku Bawa Bom di Bandara Kualanamu)
Kejadian serupa lainnya terjadi di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, pada Jumat (15/1/2015). Muhammad Study (42), warga Aceh Singkil, bercanda membawa bom ke dalam pesawat.
Saat itu, ia bercanda dengan mengatakan, "Mbak bom saya ini taruh di mana?"
Candaannya didengar pramugari dan segera dilapor ke kapten pilot. Karena ulahnya saat itu, pesawat yang hendak terbang ke Jakarta pada pukul 16.30 WIB terpaksa ditunda hingga malam hari.
Tak memiliki empati
Mulai banyaknya candaan mengenai bom ini, menurut staf pengajar Sosiologi Universitas Padjadjaran, Yusar Muljadji, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung memiliki empati yang rendah.
Empati rendah tersebut, lanjut dia, diperparah dengan situs-situs pemberitaan yang tak jarang mengarahkan opini selaras dengan "ideologi" masyarakat itu. Dari permainan pemberitaan itulah, terutama di media sosial, maka terjadi kesimpangsiuran informasi di masyarakat.
"Nah, paduan dari rendahnya empati dan kesimpangsiuran informasi tersebut ternyata bermuara pada lelucon," ujar Yusar saat dihubungi, Jumat (29/1/2016).
Yusar melanjutkan, lelucon tersebut terutama berbentuk verbal yang mencerminkan spontanitas dan ketiadaan empati. Karena ketiadaan empati itu, seseorang kerap melontarkan lelucon tidak pada tempatnya.
(Baca: Penumpang Cathay Pacific Mengaku Hanya Iseng Menyebut Bom di Bandara Soekarno-Hatta)
Ia mencontohkan salah salah satu film Mr Bean ketika Bean dalam film tersebut diamankan karena pura-pura membawa pistol.
"Jangankan bom, pura-pura bawa pistol saja Mr Bean diamankan," imbuhnya.
Yusar melihat, rendahnya kondisi masyarakat Indonesia yang berempati salah satunya adalah imbas dari tekanan hidup sehari-hari.
Hal ini diperparah dengan banyaknya situs yang menyebarkan informasi bahwa teror bom, kelompok teroris, dan peristiwa teror yang terjadi adalah "permainan" elite semata dan sarat kebohongan politis.
"Padahal, secara nalar, adakah orang yang mau mengorbankan dirinya untuk suatu 'kejadian palsu'?" kata Yusar.
Berikutnya: Jangan main-main dengan kata "bom"