Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa di KPK, Mahasiswa Minta Ruki Mundur

Kompas.com - 04/03/2015, 12:26 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi Lamen Hendrasaputra menilai keberadaan Ketua sementara Komisi Pemberantasan Korupsi Taufiequrachman Ruki di KPK telah menghancurkan kredibilitas lembaga antirasuah itu. Mahasiswa menuntut Ruki mundur dari jabatannya.

"Kami berharap Ruki terbuka matanya dan bersedia mundur. Kredibilitas KPK sudah hancur, KPK malah mundur," ujar Lamen saat berorasi di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Lamen mengatakan, keputusan pimpinan KPK melimpahkan kasus dugaan korupsi Komjen (Pol) Budi Gunawan merupakan langkah mundur KPK dan percobaan perusakan ketatanegaraan. Menurut dia, pelimpahan kasus itu tidak berdampak pada kriminalisasi yang menjerat dua pimpinan nonaktif KPK, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto.

"Kriminalisasi masih terjadi terhadap AS dan BW. Kasus keduanya, kasus pasal 'karet'," kata Lamen.

Ia menyebutkan, setelah penunjukan pimpinan sementara KPK oleh Presiden Joko Widodo, arah pemberantasan korupsi selama 10 bulan ke depan menjadi tidak jelas. Ia menilai, sejak Jokowi menonaktifkan Abraham dan Bambang serta menunjuk Ruki, Indriyanto Seno Adji, dan Johan Budi sebagai pimpinan sementara, semangat antikorupsi justru memudar. Oleh karena itu, aktivis melayangkan mosi tidak percaya terhadap para pimpinan sementara KPK.

"Karena itu kami menyatakan mosi tidak percaya terhadap Plt Pimpinan KPK, khususnya Taufiequrahman Ruki CS yang telah membunuh semangat pemberantasan korupsi dan kepercayaan publik terhadap KPK saat ini," kata dia.

Lamen juga menilai Jokowi turut bertanggung jawab atas pelemahan KPK. Menurut dia, hanya pada masa pemerintahan Jokowi KPK dilumpuhkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com