JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pekerjaan rumah menanti Komisaris Jenderal Budi Gunawan setelah dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) nantinya.
Salah satunya, yaitu bagaimana memberikan informasi yang akurat atas kondisi keamanan dalam negeri.
“Prioritas yang harus ditekankan di BIN, sebagaimana tugas intelijen ialah mencari informasi, menganalisa dan memberi informasi kepada Presiden tentang situasi, dan memprediksi apa yang terjadi berdasarkan informasi yang ada,” ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
“Kalau kondisi hari ini yang paling banyak adalah soal radikalisme, terorisme, masalah sosial lainnya, juga politik,” tambah Wapres.
(baca: Kalla Sebut Hari Pelantikan Budi Gunawan Belum Ditentukan)
Kepala BIN saat ini Sutiyoso menilai, Budi Gunawan sangat kapabel untuk melanjutkan pekerjaan yang selama ini sudah dia lakukan.
Ia meyakini bahwa Budi akan membuat kinerja BIN lebih profesional. (baca: Sutiyoso: Budi Gunawan Salah Satu Polisi Terbaik)
"Dia salah satu polisi terbaik yang kita miliki, jadi dengan kapasitas seperti itu saya yakin dia bisa ke depan ini lebih profesional, kerja sama baik dengan negara lain," ucap Sutiyoso.
Namun, Sutiyoso juga mengingatkan agar masyarakat jangan terlalu berlebihan meminta BIN bisa melakukan segala hal. Sebab, personel BIN saat ini masih terbatas.
"Misalnya, BIN itu harus semua tahu, enggak mungkinlah. Di Amerika saja tidak, enggak seperti itu, apalagi kita ini 250 juta lebih (penduduk)," ucap Sutiyoso.
(Baca: Interupsi Warnai "Ketok Palu" Budi Gunawan sebagai Kepala BIN)
Sutiyoso berpesan, prioritas pertama Budi adalah melakukan penambahan personel, khususnya dalam menghadapi pemilihan kepala daerah serentak 2017 yang bakal dimulai.
"Personelnya 50 persen saja tidak ada, dan itu semua sudah saya beri informasi ke Budi Gunawan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
DPR sebelumnya sudah menyetujui Budi Gunawan dilantik sebagai Kepala BIN. Selanjutnya, tinggal Presiden melantik mantan ajudan Presiden kelima Megawati Soekarnoputri itu.