Demikian disampaikan akademisi Universitas Kristen Indonesia Barita Simanjuntak dalam diskusi bertajuk "Refleksi Sumpah Pemuda: Memajukan Pergerakan Pemuda Indonesia" di Rumah Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Jakarta, Jumat, (25/10/2013).
"Demokrasi memiliki risiko untuk dikerangkeng ke dalam struktur kekuasaan yang didominasi kaum-kaum tua," kata Barita.
Oleh karena itu, pemuda, menurut Barita, harus tertantang untuk berani menyuarakan diri sehingga mendapatkan hak-haknya dalam sistem demokrasi ini. Pemuda, lanjutnya, harus berani keluar dari zona nyaman untuk mengubah sistem dan membuat Indonesia menjadi lebih baik.
"Contohnya Bung Anas ini, dia berani keluar dari zona nyaman untuk mendirikan PPI yang saya rasa bagus sekali," jelas Barita.
Hal serupa disampaikan narasumber lainnya, peneliti CSIS Indra J Piliang. Indra menilai kaum muda bukanlah diukur oleh umur, melainkan diukur melalui ide dan gagasan. Kaum muda, menurutnya, harus mengeluarkan ide dan gagasan yang segar sehingga dapat mengalahkan ide dan gagasan yang sudah usang.
"Jadi dengan ide-ide baru itu kaum muda bisa melakukan terobosan-terobosan," jelasnya.
Sementara itu, anggota DPR Komisi X dari PDI-P Deddy "Miing" Gumelar menilai pemerintah masih kurang memberikan dana dan fasilitas kepada para pemuda. Pemberian dana dan fasilitas itu, menurut dia, tidak bertujuan untuk membuat pemuda menjadi manja.
Sebaliknya, dengan hal tersebut, pemuda diharapkan dapat lebih termotivasi dalam menyelenggarakan hal-hal positif. "Jadi pemuda kalau ingin melakukan sesuatu, tidak perlu sibuk kirim proposal seperti pengemis," pungkas mantan komedian tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.