Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPT: Teroris "Bomber" Itu Korban, Bosnya Enggak Mau Jadi Pelaku

Kompas.com - 27/06/2024, 16:12 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan pelaku yang melakukan teror dengan menggunakan bom atau bomber sesungguhnya hanyalah korban penipuan.

Rycko menjelaskan, orang-orang yang meledakkan diri menggunakan bom sebenarnya telah ditipu hingga bersedia menjadi bomber.

"Orang terpapar itu ada levelnya. Level yang pertama adalah influencer, yang kasih pengaruh. Yang berikutnya adalah recruiter. Yang bawahnya adalah bomber. Yang di bawahnya simpatisan," ujar Rycko di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

"Tiga-tiganya ini yang paling berbahaya adalah influencer. Recruiter, bomber, simpatisan itu korban. Sesungguhnya pelaku-pelaku yang menjadi bomber itu korban penipuan. Ditipu dia itu untuk menjadi bomber," lanjut Rycko.

Baca juga: Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Rycko mengatakan, bos dari si bomber tidak berani menjadi pelaku yang melakukan pengeboman, sehingga menyerahkan tugas itu ke orang lain.

Maka dari itu, kata jenderal polisi bintang 3 ini, banyak anak muda yang ditipu untuk menjadi bomber dengan iming-iming jihad.


"Kalau memang ikut perintah Tuhan, itu jadi jihad, segala macam, kenapa enggak bos lu saja jadi pelakunya. Enggak berani dianya, enggak mau. Dia nyuruh-nyuruh orang. Anak muda ditipu, disuruh jadi bomber. Jadi para pelaku, para bomber, para simpatisan ini korban penipuan," tuturnya.

Sementara itu, Rycko menegaskan BNPT tidak akan lengah dan selalu waspada terhadap bibit-bibit terorisme. Menurutnya, cikal bakal dari ideologi teroris adalah intoleran.

Baca juga: Di Hadapan DPR RI, Kepala BNPT Paparkan Capaian Penanggulangan Terorisme Selama 2023

Di mana, semua pihak yang tidak berpandangan sama dengan mereka, akan langsung dicap sebagai musuh.

"Intoleran saja tidak bisa menerima perbedaan, itu sudah tidak kompatibel dengan negara kebangsaan Indonesia, negara yang dibangun dari berbagai perbedaan," jelas Rycko.

"Bisa dibayangkan kalau generasi muda kita diserang secara online, masif, memiliki sikap, memiliki tindakan bahkan menjadi keyakinan intoleran, apa jadinya di masa depan? Semua merasa benar, yang kelompoknya. Yang enggak sama, yang enggak sepaham, dianggap lawan. Ini harus dihancurkan. Oleh karena itu kita enggak boleh lengah," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Nasional
KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

Nasional
KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan 'Back Up' Data Imigrasi

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan "Back Up" Data Imigrasi

Nasional
Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com