Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ija Suntana
Dosen

Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Mengganggu Pemerintahan

Kompas.com - 16/05/2024, 10:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA bisa membedakan antara mengganggu dan mengkritik pemerintah dari analogi sopir dan penumpang metromini.

Kita adalah penumpang di dalam metromini yang sedang berjalan. Ketika kita menarik rem tangan secara tiba-tiba, mematikan mesin, atau bahkan mencoba mengambil alih kemudi sang sopir, maka kita telah mengganggunya.

Tindakan kita tidak memiliki tujuan yang jelas selain mengganggu perjalanan mobil. Tentunya, dampak tindakan ini bisa menyebabkan kecelakaan, kerusakan pada mobil, atau setidaknya mengganggu perjalanan sehingga semua penumpang menjadi tidak nyaman.

Ini adalah tindakan mengganggu yang merusak dan berbahaya.

Namun, kita melihat bahwa sopir mengambil jalan yang salah, atau mengemudi dengan cara yang tidak efisien, maka ketika kita memberikan saran kepada sopir, misal mengatakan "sepertinya jalan ini macet, lebih baik lewat jalan lain" atau "kecepatan Anda terlalu tinggi, bisa berbahaya", maka itu adalah mengkritik, bukan mengganggu.

Tindakan itu dilakukan untuk membantu sopir memperbaiki cara mengemudi atau memilih rute yang lebih baik agar perjalanan lebih aman dan efisien.

Jika sopir menerima kritik dan memperbaiki cara mengemudi atau mengubah rutenya, maka perjalanan akan menjadi lebih lancar dan aman.

Namun celakanya, dalam situasi di mana sopir kurang dewasa, ia akan melihat kritik penumpang sebagai gangguan.

Sopir yang sedang stres karena berbagai alasan, mungkin karena kondisi lalu lintas yang buruk atau tekanan situasi lain, bisa saja sopir mudah tersinggung dan kurang mampu menerima masukan dengan kepala dingin.

Saat kita memberikan saran seperti "sepertinya kita bisa mengambil jalan lain" atau "mungkin Anda bisa mengurangi kecepatan," sopir akan merasa saran tersebut sebagai bentuk meremehkan terhadap kemampuannya mengemudi.

Bisa saja ia akan merespons dengan defensif atau marah, seolah-olah kita telah mengganggu fokusnya.

Penumpang dan sopir yang baik

Oleh sebab itu, sebagai penumpang yang kadang tidak tahu persis apakah sopir sedang dalam tekanan atau tidak, kita bisa mencoba pendekatan yang lebih tenang dan suportif dalam memberikan masukan.

Mungkin kita bisa mengatakan, "Kita tahu situasinya sulit, tetapi mungkin kita bisa mencoba rute lain untuk menghindari kemacetan."

Sementara itu, sebagai sopir yang baik, selain mendengarkan masukan, tidak salah apabila secara aktif meminta masukan dari penumpang, terutama jika penumpang memiliki pengetahuan khusus tentang rute atau kondisi jalan yang lebih baik.

Sopir bisa saja bertanya kepada penumpang, "Apakah ada yang tahu jalan pintas di daerah ini?"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

Nasional
PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

Nasional
Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung 'Cawe-cawe' Jokowi?

Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung "Cawe-cawe" Jokowi?

Nasional
Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com