Kelompok pemberontak ini menginvasi Rwanda pada bulan Oktober 1990, namun tentara Rwanda berhasil memukul mundur mereka dengan bantuan Perancis dan Zaire.
Baca juga: Genosida Rwanda: Penyebab, Kronologi, Penyelesaian, dan Dampak
Pada bulan Januari 1991, R.P.F., yang sekarang dipimpin oleh Kagame, memulai perang gerilya tabrak lari dengan tentara Rwanda.
Pada bulan Agustus 1993, Presiden Rwanda Juvénal Habyarimana menyetujui perjanjian damai (dikenal sebagai Kesepakatan Arusha) dengan R.P.F.
Meskipun ada perjanjian damai namun ternyata belum selesai sampai disitu. Pada tanggal 6 April 1994, pesawat yang membawa Habyarimana dan Presiden Burundi Cyprien Ntaryamira ditembak jatuh, menewaskan semua orang di dalamnya.
Hal inilah yang kemudian memicu genosida 100 hari. Para pemimpin militer dan politik Tutsi dan Hutu moderat mengeksekusi banyak orang termasuk Perdana Menteri Agathe Uwilingiyimana dan suaminya, Presiden Mahkamah Konstitusi Joseph Kavaruganda, Menteri Pertanian Frederic Nzamurambaho, pemimpin Parti Liberal Landwald Ndasingwa dan istrinya yang berasal dari Kanada, dan kepala perunding Arusha Boniface Ngulinzira.
Anggota etnis Hutu juga didorong untuk memperkosa, melukai, dan membunuh tetangga Tutsi mereka, serta menghancurkan atau mencuri harta benda mereka.
Setelah kematian Juvénal Habyarimana, RPF melanjutkan serangan mereka terhadap Rwanda, dan pada pertengahan Juli, mereka menguasai Rwanda utara dan merebut Kigali. Kejadian itu kemudian mengakhiri genosida dan memaksa hampir dua juta orang Hutu mengungsi ke Zaire, Tanzania, dan Burundi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian mendeklarasikan Hari Refleksi Internasional atas Genosida di Rwanda pada tanggal 7 April 2004.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.