Keyakinannya didasarkan pada penurunan jumlah isu disinformasi, misinformasi, dan malinformasi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Pemilu 2019 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017.
“Hal ini dapat dirasakan di medsos, instant messenger, dan grup WhatsApp. Semoga (tren) ini dapat dipertahankan dan ditekan hingga pemilu berakhir dan penetapan presiden dan wakil presiden (wapres),” ujarnya.
Baca juga: Akademisi Ramai-ramai Kritik Jokowi, Wapres: Pemerintah Harus Perhatikan dan Ambil Langkah
Seperti diketahui, pesta demokrasi Pemilu serentak 2024 semakin mendekati puncaknya.
Pada 14 Februari mendatang, seluruh rakyat akan memilih pemimpin baru mereka di dalam bilik suara. Pemilu ini diharapkan dapat berlangsung secara demokratis, jujur, adil, dan tentunya damai.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, penyelenggara, peserta, media, hingga masyarakat umum.
Nezar menegaskan bahwa penyebaran disinformasi, misinformasi, dan malinformasi akan menjadi tantangan besar dalam menciptakan #PemiluDamai2024.
Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan kekacauan, kebingungan, dan konflik di tengah masyarakat, terutama selama periode masa tenang dari tanggal 11-13 Februari 2024.
Baca juga: Lembaga Keuangan Didorong Perbesar Akses Masyarakat Memperoleh Kredit
Keterlibatan seluruh komponen bangsa menjadi kunci utama dalam mewujudkan #PemiluDamai 2024.
Salah satu faktor penting adalah peran media yang harus lebih mengedepankan edukasi politik melalui penyampaian informasi yang seimbang dalam pemberitaannya.
Dikutip dari Indonesia.go.id, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menaruh harapan yang tinggi terkait peran media ini.
Harapan tersebut didasarkan pada hasil penelitian dan survei Dewan Pers yang menunjukkan peningkatan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media, terutama media mainstream, menjelang hari pencoblosan.
Baca juga: Prabowo Kampanye di Sidoarjo, TKN: Penting Yakinkan Pemilih Jatim H-5 Pencoblosan
Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata kepercayaan masyarakat terhadap media, khususnya televisi, mencapai 39 persen.
”Sekarang ada kondisi lebih kondusif, kepercayaan terhadap media mainstream lebih tinggi. Mereka (masyarakat) kembali ke sana. Masyarakat akhirnya memilih untuk melihat kebenaran informasi di media mainstream,” kata Ninik.
Ia berharap media-media tersebut memberikan peran aktifnya dalam meningkatkan partisipasi publik dalam pemilu, memberikan edukasi kepada calon anggota legislatif, serta imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan cerdas menyikapi berita-berita palsu yang beredar yang bertujuan untuk memecah belah bangsa.
Ninik juga menyoroti kondisi yang berbeda dengan berita yang disebarkan melalui medsos.
Baca juga: Siswi SMP di Serang Banten Dicabuli 2 Pria yang Dikenalnya dari Medsos