Keempat, kepemimpinan yang inklusif. Pemimpin tersebut harus mampu membangun persatuan dan kesatuan, serta menghormati keragaman dan pluralitas di Indonesia.
Ia harus mampu menjalankan kepemimpinan yang terbuka, memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan memberikan kesempatan sama bagi segenap warga negara.
Kelima, keberlanjutan lingkungan. Ia harus mendorong kebijakan dan program yang berkelanjutan guna menjaga keanekaragaman hayati, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan melindungi alam Indonesia, dari kehancuran.
Di atas kertas, data-fakta yang tersaji, sudah menunjukkan tanda bahwa kita sedang berada di tubir jurang mahapralaya. Jika ini tak segera disikapi, maka kita harus bersiap menelan pil pahit dari perbuatan sendiri.
Keenam, kemampuan diplomasi dan kerja sama internasional. Seorang negarawan yang nasionalis, harus memiliki kemampuan diplomasi yang baik dan mampu menjalankan kerja sama internasional dengan negara lain.
Ia mampu membangun hubungan harmonis dengan negara-negara sahabat, memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum internasional, dan menjaga kedaulatan serta kehormatan bangsa.
Ketujuh, ketegasan dan keberanian. Pemimpin jelas harus memiliki ketegasan dan keberanian untuk menghadapi tantangan dan mengambil keputusan sulit demi kemaslahatan negara.
Ia memegang teguh prinsip-prinsip nasionalisme dan mempertahankan kedaulatan bangsanya, bahkan dalam menghadapi tekanan eksternal dari negara lain.
Kedelapan, punya gagasan besar. ”Bangunlah dunia ini kembali. Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat. Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau karena fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan diri terhadap masa depan,” begitu petikan pidato Sukarno yang berjudul ”To Build the World Anew,” menggetarkan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1960.
Masih membincang Sukarno. Sang Proklamator berulangkali menyatakan dalam pidato maupun karangannya, seseorang menjadi besar lantaran gagasan yang diusungnya.
Kita perlu tahu gagasan apa yang sedang digelorakan oleh para Capres, atau jangan-jangan mereka sama sekali tak punya gagasan apa pun untuk diterapkan selama masa jabatannya nanti. Jika memang itu yang terjadi, maka kita hanya menepuk jidat saja.
Kesembilan, welas asih. Pemimpin yang negarawan-nasionalis, tentu akan mengedepankan rasa kemanusiaan yang tinggi. Kepekaannya terasah, halus menyentuh semua golongan.
Tak pandang bulu. Tidak tebang pilih. Ia memimpin dengan jiwa besar yang berlandaskan pada budi pekerti. Kemanusiaan baginya, adalah pengejawantahan dari adil yang beradab.
Dengan memiliki pemimpin nasional Indonesia yang berkarakter negarawan dan nasionalis seperti yang disebutkan di atas, diharapkan negara Indonesia mampu menghadapi tantangan masa depan dengan gagah perkasa, bersatu padu, berkeadilan, berkelanjutan, dan berdikari di atas kaki sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.