Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mukhijab
Dosen Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dr. Mukhijab, MA, dosen pada Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Drama "Gaslighting" Dalam Debat Cawapres

Kompas.com - 25/12/2023, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DEBAT capres-cawapres 2024 putaran dua, saya konotasikan sebagai drama “gaslighting” dan “disconfirmation”, yang dipertontonkan oleh cawapres tertentu.

Gaslighting dari akar kata “gaslight” pernah menjadi judul film karya sutradara Inggris Thorold Dickinson, yang dirilis pada 1940.

Narasinya, perilaku melecehkan, atau merendahkan orang lain. Arti lain, ekspresi pelaku yang seolah-olah elegan agar orang lain melihatnya sebagai sosok yang tampak berkuasa dan mampu mengontrol orang lain.

Gaslighting sebagai istilah dalam disipilin psikologi, memiliki kesamaan dalam banyak hal dengan komunikasi verbal antarmanusia dalam bentuk diskonfirmasi (DeVito, 2011).

Terdapat sejumlah karakter umum “gaslighting” dan “disconfirmation”: pelaku mengabaikan atau meremehkan orang lain, menyalahkan dan mengabaikan apa yang dikatakan orang lain (tidak empati), mengalihkan persoalan atau meloncat ke interpretasi lain, bukan memahami pembicaraan atau pertanyaan orang lain.

Karakter lainnya, pelaku mengutamakan pandangan sendiri, sebaliknya pandangan dan sikap orang lain selalu salah, mengabaikan harapan atau tidak menjawab pertanyaan orang lain, menanggapi pernyataan atau pertanyaan orang lain senyampang atau sepintas lalu saja, selanjutnya mengalihkan ke pembicaraan lain.

Bagaimana kondisi demikian dikaitkan dengan debat cawapres?

Membahas topik ekonomi beserta isu-isu terkait dengannya seperti investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, cawapres Muhaimin Iskandar (nomor urut satu), Gibran Rakabuming Raka (nomor urut dua), dan Mahfud MD (nomor urut tiga), mengawali debat dengan elegan dalam menyampaikan gagasan ekonomi masing-masing.

Suasana itu berubah total pada babak menjawab pertanyaan panelis, respons lawan debat, dan babak debater saling menanyakan dan merespons.

Perilaku cawapres tertentu mulai lepas kontrol meskipun pendukung dan sebagian pemirsa melihat sebagai tingkah yang hebat dan “powerfull”.

Saya menggambarkan perilaku yang tercipta saat itu, terdapat cawapres yang berperilaku kearah “gaslighting”dan “discommunication”. Untuk membayangkan situasi tersebut, saya memutar film “Gaslight”.

Pemahaman saya tentang ruang debat cawapres dengan situasi itu, orang lain bisa saja menilai pandangan saya ini sangat subjektif.

Itu benar adanya karena fokus perhatian saya pada sesi debat tersebut pada perilaku atau ekspresi cawapres tertentu yang paling menonjol dan terkesan terjadinya perilaku deviasi.

Kesan ini menyeruak usai saya mendengar beberapa kalimat berikut,“Bapak-bapak ini tidak paham apa yang saya bicarakan”, “Prof, pulang dari debat, bisa di-google sudah banyak yang masuk menjadi investor”, “Anda dulu mendukung IKN, sekarang tidak mendukung, Anda tidak konsisten”, “Maaf ya pertanyaan saya sulit”.

***

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com