Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Debat Cawapres: Kuatnya Mahfud, Asertifnya Gibran, dan Muhaimin Tak Meyakinkan

Kompas.com - 23/12/2023, 16:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DEBAT calon wakil presiden semalam, di Jakarta Convention Center (JCC) menandai momen penting dalam politik Indonesia.

Dimulai pada pukul 19.00 WIB, 22 Desember 2023, acara ini membahas beberapa area diskusi krusial, termasuk Ekonomi (menyoroti ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan isu-isu perkotaan.

Dalam tampilan wacana politik yang semarak ini, debat lebih dari sekadar kontes pengetahuan kebijakan; debat ini mencerminkan kemampuan para kandidat untuk terlibat, membujuk, dan mengartikulasikan visi mereka untuk masa depan bangsa.

Di antara para kandidat, Mahfud MD tampil paling berwawasan, memberikan penampilan yang menggabungkan kedalaman pengetahuan dengan sikap yang tenang, meskipun agak monoton.

Debat ini menggarisbawahi keragaman strategi, keahlian, dan karakter yang dibawa oleh masing-masing kandidat, menyoroti kompleksitas dan dinamika lanskap politik bangsa.

Pendekatan Mahfud MD dalam debat menunjukkan dirinya sebagai seorang akademisi yang berpengalaman dalam memberikan pengetahuan.

Tanggapannya, terutama terhadap pertanyaan Gibran Rakabuming Raka mengenai bagaimana membuat regulasi Carbon Capture and Storage, dijawab dengan tepat, karena Mahfud memang seorang ahli hukum.

Meskipun pertanyaan tersebut menyimpang dari tema utama debat, Mahfud mampu menjawabnya dengan mudah.

Penjelasannya tidak hanya sekadar menjawab pertanyaan, tetapi juga suatu wacana yang mendidik, menjelaskan aspek-aspek regulasi yang kompleks dengan cukup jelas.

Momen ini menjadi bukti pemahamannya yang mendalam tentang kebijakan dan pemerintahan, yang memperkuat posisinya sebagai seorang intelektual kelas berat di arena politik.

Namun, penampilan Mahfud masih memiliki kekurangan. Penyampaiannya, meskipun informatif, tidak memiliki kedinamisan dan keterlibatan emosional yang sering kali dapat memengaruhi opini publik.

Nada bicaranya yang konsisten dan mantap terkadang terasa datar, tidak memiliki bakat retorika yang sering menjadi ciri komunikasi politik yang sukses.

Namun, terlepas dari hal ini, kemampuannya untuk membedah dan menyajikan isu-isu kebijakan yang kompleks dengan jelas tidak tertandingi di atas panggung, mengukuhkan perannya sebagai peserta debat yang paling berharga.

Dalam debat politik, cara para kandidat mengomunikasikan gagasan mereka sering kali sama pentingnya dengan gagasan itu sendiri.

Pendekatan Mahfud MD, yang dicirikan oleh sikap akademis, tidak diragukan lagi menarik bagi audiens yang mencari kedalaman dan detail.

Namun, dalam debat politik, di mana persepsi publik memainkan peran penting, kurangnya resonansi emosional dalam penyampaiannya membatasi daya tariknya kepada audiens yang lebih luas.

Dalam keterlibatan politik masa depan, menanamkan tanggapannya dengan lebih banyak semangat dapat meningkatkan hubungannya dengan para pemilih.

Di sisi lain, Gibran Rakabuming Raka, membawa cita rasa berbeda dalam debat tersebut. Dikenal dengan gayanya yang tegas, kepercayaan diri Gibran terlihat jelas.

Ia menavigasi debat dengan penuh kepastian dan perintah. Namun, ketegasannya terkadang berbelok menjadi terlalu percaya diri, yang menyebabkan kesalahan strategi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com