Dada Megawati saya yakin, sangat tersesak menyaksikan praktik kekuasaan kini, yang sudah menekan sedemikian rupa.
Ruang kebebasan sudah kian sempit. Konstitusi sebagai penjaga keutuhan bangsa, mulai dipreteli untuk kepentingan dan kepuasan kekuasaan itu sendiri.
Partai-partai politik sebagai jangkar demokrasi dan pilar hak asasi manusia, sudah dipaksa jadi barang komoditi yang tunduk dengan mekanisme pasar: supply and demand.
Yang lebih menyakitkan bagi seorang Megawati, ialah, rumahnya yang bernama Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P), yang ia bangun dan rawat sendiri dan banyak orang menumpang dan mengambil keuntungan dari rumah itu, justru orang-orang yang diberi tumpangan itu, hendak merobohkan rumah tersebut.
Maka, pantaslah ia berpekik, mengingatkan, dan memberi ultimatum.
Pekik Megawati adalah pekik banyak orang. Protes Megawati adalah protes anak-anak bangsa, yang sudah melihat gelagat ketidakberesan dalam berdemokrasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.