Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudi Hartono
Penulis Lepas dan Peneliti

Penulis lepas dan pendiri Paramitha Institute

Tragedi Kelaparan di Tanah Kaya Sumber Daya

Kompas.com - 07/11/2023, 10:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jangan heran, sepanjang 2002-2021, total dana yang diguyurkan oleh pusat ke Papua sudah mencapai Rp 1.092 triliun, dengan perincian dana otsus Rp 135 triliuan, dana transfer ke kabupaten/kota dari pusat sebesar Rp 702,30 triliun, dan dana transfer lewat kementerian/lembaga sebesar Rp 250 triliun.

Namun, efeknya terhadap perbaikan infrastruktur, layanan publik, hingga kesejahteraan rakyat, sangat minimal.

Sedikit solusi

Persoalan kelaparan di Papua, yang terus berulang, tidak bisa dipisahkan dengan persoalan besar lainnya: marginalisasi ekonomi, kemiskinan, pelanggaran HAM, infrastruktur dan pelayanan publik yang kurang memadai, korupsi, dan konflik bersenjata berkepanjangan.

Bertumpuk-tumpuk masalah itu tak bisa diselesaikan hanya dengan gelontoran uang dan bantuan. Tak cukup dengan seruan memperkuat sistem pangan lokal dan menghidupkan sistem lumbung pangan.

Saya kira perlu ada perombakan dari model ekonomi ekstraktivisme sekarang ini menjadi ekonomi yang lebih produktif dan memberdayakan masyarakat lokal.

Aspek penting lainnya adalah membuka ruang partisipasi dan representasi bagi rakyat Papua dari akar rumput, yang selama ini terabaikan dan terdengar suaranya dalam berbagai perumusan kebijakan politik di tingkat lokal.

Harus ada politik afirmasi untuk mengakomodasi representasi warga asli Papua dari 255 suku asli di Papua.

Ada kebutuhan mendesak untuk segera mengakhiri konflik dengan mengubah pendekatan yang militeristik menjadi dialog seluas-luasnya. Saatnya pemerintah pusat turun ke Papua untuk berdialog dan mendengar suara orang Papua, bukan lagi mengirim TNI-Polri.

Pertama sekali, perlu ada politik pengakuan (rekognisi) terhadap identitas, budaya, sejarah, dan martabat orang Papua. Tidak mungkin ada dialog yang positif untuk mengakhiri konflik tanpa didahului dengan politik rekognisi.

Terakhir, pembangunan Papua ke depan harus meletakkan pembangunan sumber daya manusia sebagai titik pijak untuk kemajuan ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Nasional
Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Nasional
Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Nasional
Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Nasional
Prabowo Mengaku Diuntungkan 'Efek Jokowi' dalam Menangkan Pilpres

Prabowo Mengaku Diuntungkan "Efek Jokowi" dalam Menangkan Pilpres

Nasional
Bantah Menang Pilpres Akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Bantah Menang Pilpres Akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Nasional
[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta 'Uang Pelicin' ke Kementan

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta "Uang Pelicin" ke Kementan

Nasional
Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com