Asal batik parang adalah pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, guna menghormati leluhurnya yakni Panembahan Senapati.
Bani mengatakan, motif batik parang merupakan simbol perjuangan Panembahan Senapati saat melakukan tirakat di pantai selatan Yogyakarta.
“Hingga akhirnya, Panembahan Senapati mendapatkan ilham dan keberanian untuk mendirikan Kerajaan Mataram,” kata Bani.
Baca juga: PDI-P Dinilai Harus Tegas, Pengamat: Jika Ada Nuansa Lemah, Justru Tertinggal Manuver Jokowi
Motif batik parang juga mengandung makna filosofis kedudukan raja. Komposisi miring pada motif batik parang ini, menjadi lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.
Beragam makna filosofis motif batik parang tersebut, membuat pemakaiannya terikat dengan aturan-aturan tertentu, sehingga tidak semua orang boleh memakainya atau disebut sebagai awisan dalem di Keraton Yogyakarta.
Bani mengungkapkan, motif batik parang merupakan batik yang khusus digunakan oleh para raja.
Oleh sebab itu, masyarakat umum tidak boleh sembarangan menggunakan motif batik parang utamanya saat berada di area keraton.
“Batik parang atau lereng dilarang digunakan masyarakat biasa karena merupakan batik yang dikhususkan untuk raja ketika berada di penghadapan,” ujar Bani.
Baca juga: 3 Bacapres Kenakan Batik Motif Parang Saat Makan Siang Bareng Jokowi, Apa Maknanya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.