Untuk itu, ia mengajak semua pihak terkait saling bersinergi dalam menangani persoalan stunting agar mampu ditekan, terutama pada anggota BKMT.
Sebelumnya, dr Hasto menyampaikan bahwa penyebab utama tingginya kasus perceraian karena faktor toxic people.
Ia mengungkapkan bahwa angka perceraian meningkat pesat sejak 2015. Pada 2021, jumlah keluarga yang bercerai mencapai 581.000 kasus, sedangkan jumlah pernikahan dalam kurun waktu satu tahun, yaitu 1,9 juta.
Baca juga: Hana Hanifah Ingin Perceraian dengan Randy Cepat Selesai
"Saat ini, (angka) perceraian tinggi karena banyak keluarga keluarga asalnya adalah orang toxic bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toxic atau orang toxic bertemu orang toxic akhirnya kelahi terus dan terjadilah perceraian,” kata dr Hasto.
Menurutnya, dalam mendidik keluarga cukup dilakukan dengan asah, asih, dan asuh.
"Asah diajari ilmu agama yang baik, asih dikasihani dengan sebaik-baiknya, asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik," ucap dr Hasto dalam paparan terkait tema keluarga.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa.
Baca juga: Manfaat AI untuk Kemajuan Bisnis, Dorong Produktivitas hingga Laba
Dia mendefinisikan pembangunan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dan hidup dalam lingkungan yang sehat.
“Hal itu harus bisa diwujudkan dengan tujuan meningkatkan kualitas keluarga agar dapat hidup dengan rasa yang aman,” imbuhnya.
Dr Hasto menyebut terdapat banyak cara dalam meningkatkan kualitas keluarga, termasuk membuat kebijakan membangun ketahanan keluarga.
Baca juga: Anies Sindir Pihak yang Lebih Pentingkan Keluarga daripada Bangsa
Ia mengatakan bahwa Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius bagi bangsa karena ada batu loncatan.
“Pada 2030 harus bisa dilampaui dengan baik, tidak ada kelaparan, tidak ada kemiskinan ekstrem, dan stunting seharusnya sudah turun jauh, serta pendidikan juga harus bagus,” tutur dr Hasto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.