Kemudian ditambah suara Pulau Madura dari sebaran empat kabupaten masing-masing Bangkalan, Sampang, Sumenep serta Pamekasan.
Capres dan cawapres yang memiliki “koneksi” dengan kalangan Nadhliyin, tentu sangat diuntungkan dengan potensi meraup suara.
Belum lagi “suara langit” yang direpresentasikan oleh pengasuh pondok pesantren begitu “ampuh” memberi kontribusi bagi kemenangan capres-cawapres.
Sementara kawasan Mataraman yang meliputi Madiun, Kediri, Bojonegoro, Malang, Batu, Gresik, Jombang, Mojekerto, Ngawi, Trenggalek hingga Pacitan menjadi basis-basis suara PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat. Dengan demikian, baik Prabowo maupun Ganjar memiliki peluang yang sama besar.
Berkali-kali Cak Imin sesumbar kalau suara dan himbauan Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf tidak akan memengaruhi raihan suara PKB di kalangan Nadhliyin.
Menjadi tekad Gus Yahya sejak memimpin PBNU agar NU tidak ditarik-tarik ke wilayah politik praktis. Tidak ada capres yang di-endorse PBNU, apalagi jika ada oknum yang mengatasnamakan NU dan membawa-bawa nama NU untuk kepentingan politik.
Merujuk hasil Pemilu Legeslatif 2019 lalu, Jawa Timur ternyata tidak dikuasai PKB dengan mutlak. Justru PDIP menjadi jawara dengan meraup 20 kursi DPR dan PKB mengambil 19 kursi parlemen pusat,
Menjadi menarik lagi, hasil survei Litbang Kompas yang dipublikasikan pada 21 Agustus 2023, PKB hanya mendulang 10,2 persen suara pemilih NU secara nasional (Kompas.com, 06/09/2023).
Walaupun prosentase ini naik dari sebelumnya di angka 8,5 persen dari survei Litbang Kompas periode Januari 2022, tetapi tetap saja PKB harus “siaga satu”.
Ganjar dan PDIP justru memiliki “tabungan” suara di kalangan pemilih NU. Elektabilitas PDIP menjadi yang teratas di mata pemilih dari Nadhliyin. PDIP meraup 22,9 persen, disusul Gerindra di angka 19,9 persen.
Pemilih kalangan NU banyak tersebar di Jawa Timur. Masih dari eksplanasi survei Litbang Kompas, di kalangan responden NU di Jawa Timur suara PKB masih tetap “keok” dengan suara PDIP, tetapi PKB mengugguli Gerindra.
PDIP mendapat porsi 32 persen, PKB memperoleh 18,6 persen serta Gerindra di angka 13,7 persen.
Dengan fakta-fakta di atas, resultan kemenangan PKB bisa jadi malah merosot mengingat nama Anies Baswedan kurang “menjual” di kalangan Nadhliyin.
Sebaliknya Ganjar atau Prabowo akan semakin “moncer” bila menggaet pasangannya yang berpotensi menambah suara.
Langkah gerakan cepat “blitzkrieg” yang dilancarkan Nasdem dan PKB dengan mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin di Surabaya (2 September 2023) sebetulnya tetap saja tidak akan mendapatkan elektoral besar seperti yang diharapkan Surya Paloh.