JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato dalam rapat Majelis Tinggi, menanggapi manuver Partai Nasdem dan bakal capres Anies Baswedan yang disebut diam-diam menggandeng Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menjadi bakal cawapres.
SBY memimpin rapat itu dari kediamannya di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang disiarkan secara streaming pada Jumat (1/9/2023).
Pidato yang disampaikan SBY menyinggung sejumlah hal. Mulai dari kritik terhadap sikap Nasdem dan Anies sebagai mitra koalisi, serta anjuran bagi Partai Demokrat buat mengambil langkah lanjutan usai mearasa dikhianati akibat manuver politik itu.
Berikut ini pidato SBY yang disampaikan dalam Sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Baca juga: Demokrat Keluar dari KPP, Tinggalkan Nasdem-PKS yang Masih Usung Anies
"Para anggota Majelis Tinggi, kader Demokrat di manapun berada, saya sangat mengerti perasaan, emosi para kader. Saya minta, mari kita tenangkan hati kita, pikiran kita, ini bukan kiamat. Ini Bukan akhir dari perjuangan kita.
Ini harus kita maknai sebagai ujian dan cobaan yang harus kita hadapi dan kemudian kita atasi.
Ingat sesudah kesulitan, atau di balik kesulitan ada kemudahan.
Kita kalau melakukan kilas balik sering menghadapi guncangan dan krisis. Alhamdulillah kita selalu bisa mengatasinya.
Saya yakini ini rencana Tuhan. dan rencana Tuhan selalu lebih indah dari rencana manusia. Insya Allah kita akan mendapatkan yang lebih baik di masa depan.
Baca juga: Demokrat Resmi Cabut Dukungan untuk Anies Baswedan
Di sisi lain, meskipun kita dibeginikan oleh Capres Anies dan mitra koalisi kita, tapi sesungguhnya kita harus bersyukur kepada Allah S.W.T., bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertama, ya memang kita ditelikung dan ditinggalkan seperi ini, sekarang. Bayangkan kalau ditelikungnya kita ini, ditinggalkannya kita ini 1-2 hari sebelum batas pendaftaran ke KPU.
Bayangkan seperti apa. Kita masih ditolong oleh Allah, kita diselamatkan oleh sejarah.
Syukur yang kedua, saya renungkan baik-baik tadi malam dalam kontemplasi saya, justru kita diselamatkan oleh Tuhan, oleh Allah. Kita tidak diizinkan oleh Allah untuk mendukung seseorang dan untuk bermitra dengan orang yang lain, yang kalau kita teladani dari akhlak pemimpin-pemimpin besar, untuk yang beradam Islam meneladani akhlak Rasulullah.
Dan yang kita rasakan sekarang ini mereka tidak sidiq, tidak jujur, tidak amanah, berarti tidak bisa dipercaya dan mengingkari hal-hal yang telah disepakati, tidak memegang komitmen dan janji-janjinya.
Baca juga: Bersyukur Demokrat Dikhianati Anies, SBY: Sekarang Saja Tidak Amanah, Bagaimana Nanti Jadi Pemimpin
Nah sekarang saja tidak sidiq, tidak amanah, tidak memegang komitmennya, bagaimana nanti kalau jadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar, akan diapakan.
Saya kira kalau kita renungkan ini, kita ambil hikmahnya, mungkin kita dibebaskan dari dosa yang mungkin kita pikul kalau kita masih berada bersama-sama mereka mengusung seseorang menjadi pemimpin bangsa Indonesia.
Selain itu kita ternyata juga tidak diizinkan untuk berkoalisi dengan seseorang yang sejak awal melanggar dan tidak menyepakati kesepakatan, kesetaraan, keadilan.
Bayangkan kalau di masa depan kalau kita mempunyai mitra koalisi yang tidak patuh pada kesepakatan yang kita buat bersama. Apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain, memaksakan kehendak.