Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT POLITIK

Bahas RAPBN 2024, Ketua Banggar DPR Sampaikan 5 Masukan Utama untuk Pemerintah

Kompas.com - 29/08/2023, 18:56 WIB
A P Sari

Penulis

Said menambahkan, sebanyak 39,1 persen penduduk Indonesia yang bekerja merupakan lulusan sekolah dasar (SD). Lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang bekerja memiliki persentase sebesar 18,24 persen.

Kondisi tersebut, sambungnya, memiliki arti bahwa sebanyak 57,34 persen penduduk Indonesia yang bekerja merupakan lulusan SMP ke bawah.

Baca juga: Hadapi 2024, Banggar DPR Minta Kementerian Koordinator Konsolidasi Jalankan 8 Kebijakan Jokowi

"Tak ada artinya momentum bonus demografi yang kita dapatkan sejak 2012 jika tidak mendapatkan mayoritas tenaga kerja terampil yang mampu mengakselerasi inovasi bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan industri. Padahal sumbangan UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60,5 persen," paparnya.

Masukan selanjutnya adalah alokasi infrastruktur pada APBN 2024 sebesar Rp 422,7 triliun yang diajukan pemerintah. Angka ini memakan porsi sebesar 12,79 persen dari total anggaran belanja negara.

Menurut Said, alokasi belanja infrastruktur selain harus bisa memastikan keberlangsungan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), juga harus bisa meningkatkan partisipasi sekolah dan angka harapan hidup masyarakat.

"Pembangunan infrastruktur harus lebih fokus pada upaya meningkatkan daya saing ekonomi, bukan malah jadi beban ekonomi. Pemerintah harus fokus pada target pada cetak biru kebijakan logistik nasional," tuturnya.

Baca juga: Bahas RAPBN 2024 dengan Pemerintah, Ketua Banggar DPR Ingatkan soal Dinamika Ekonomi Nasional dan Global

Hal tersebut penting dilakukan karena merujuk target rasio biaya logistik dengan PDB sebesar 12,4 persen pada 2025. Target ini cukup realistis mengingat AS memiliki nilai rasio 8 persen dan Korea Selatan (Korsel) sebesar 9,7 persen.

Usulan selanjutnya adalah mengenai dukungan kebijakan hilirisasi. Pemerintah dinilai perlu menghadapi sejumlah kebijakan penting.

Pertama, sejak kebijakan hilirisasi semakin masif, Indonesia berada pada keadaan yang bisa menimbulkan perang dagang dengan Uni Eropa. Fenomena ini bisa berujung perang gugatan di World Trade Organization (WTO).

Skenario terburuknya adalah Indonesia dan Uni Eropa akan saling mengeluarkan kebijakan retaliation yang berpotensi mengganggu pasar ekspor Indonesia.

Baca juga: APBN Surplus Rp 234,7 Triliun, Ketua Banggar DPR Apresiasi Kinerja Pemerintah

"Pemerintah harus bisa memaksimalkan ruang pada Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA)," tutur Said.

Kedua, kebijakan hilirisasi seharusnya tidak hanya ditujukan untuk memberikan nilai tambah ekonomi semata. Karenanya, strategeic partnership hilirisasi harus mengangkat derajat UMKM sebagai bagian dari rantai produksi.

"(Kebijakan hilirisasi) juga harus membangkitkan industri nasional dan memberikan ras adil bagi masyarakat lokal serta menjaga kelestarian alam. Arsitektural kebijakan ini belumlah tampak dijalankan oleh pemerintah," jelasnya.

Indonesia perlu waspadai China, Jepang dan AS

Said turut mengingatkan pemerintah untuk waspada akan tiga raksasa ekonomi dunia, yakni China, Jepang dan AS, meski Bank Dunia memprediksi bahwa perekonomian tiga negara ini masih akan melambat.

Baca juga: Ketua Banggar DPR RI Berikan 5 Catatan untuk Calon Gubernur BI

"Ketiga (negara) adalah mitra dagang strategis Indonesia. Perlambatan ekonomi China berpangkal dari persoalan keuangan pada sektor real estate, sejak kasus Evergrande mencuat. Sementara perlambatan ekonomi AS imbas dari tingginya suku bunga membuat tingkat konsumsi dan investasi melambat," paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tata Kelola Makan Siang Gratis

Tata Kelola Makan Siang Gratis

Nasional
Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Nasional
Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Nasional
Kritik Haji Ilegal, PBNU: Merampas Hak Kenyamanan Jemaah

Kritik Haji Ilegal, PBNU: Merampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Jokowi Puji Pelayanan Kesehatan di RSUD Baharuddin Kabupaten Muna

Jokowi Puji Pelayanan Kesehatan di RSUD Baharuddin Kabupaten Muna

Nasional
KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

Nasional
Jasa Raharja Santuni Semua Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang  

Jasa Raharja Santuni Semua Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang  

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Soal Waktu, Komunikasi Tidak Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Soal Waktu, Komunikasi Tidak Mandek

Nasional
Bus Rombongan Siswa SMK Terguling di Subang, Kemendikbud Minta Sekolah Prioritaskan Keselamatan dalam Berkegiatan

Bus Rombongan Siswa SMK Terguling di Subang, Kemendikbud Minta Sekolah Prioritaskan Keselamatan dalam Berkegiatan

Nasional
Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Nasional
Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Nasional
Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi 'King Maker' atau Maju Lagi

Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi "King Maker" atau Maju Lagi

Nasional
Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Nasional
Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Nasional
Pemerintah Saudi Tambah Layanan 'Fast Track' Jemaah Haji Indonesia

Pemerintah Saudi Tambah Layanan "Fast Track" Jemaah Haji Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com