Salah satu dari hasil penelitian Habibie dan rekan-rekannya adalah banyaknya penggunaan zat warna yang membahayakan, seperti zat warna untuk tekstil, di dalam makanan.
Habibie dan dan departemennya juga melakukan penelitian di daerah terasing seperti Irian Jaya.
Dia mengambil contoh penelitian di Tembagapura. Sebelumnya PT Freeport yang mengolah kawasan itu rutin mendatangkan kebutuhan sayur mayur dari Australia dan Selandia Baru, sedangkan penduduk setempat hanya menonton saja.
Berkat desakan departemennya, penduduk setempat diberdayakan dan kemudian menyediakan segala kebutuhan sayur mayur.
Baca juga: Kesaksian Habibie tentang Detik-detik Soeharto Akhiri 32 Tahun Kekuasaan...
Habibie mengatakan, dengan adanya proyek Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN atau PT Dirgantara Indonesia) yang membuat pesawat terbang dan helikopter, Indonesia paling sedikit dapat menghemat 70 persen dari devisa negara untuk pengeluaran di bidang ini.
Hal ini terutama disebabkan karena pengeluaran untuk membeli pesawat dan helikopter yang setiap tahunnya dibutuhkan oleh lembaga dan perusahaan negara seperti AURI (TNI AU), Pertamina, Pelita, dan lain-lain, sekitar 70 persen dapat dibelanjakan di dalam negeri dalam bentuk mata uang rupiah.
Dengan demikian maka penggunaan devisa yang langka dapat ditekan sampai sekitar 30 persen saja dari seluruh biaya pengeluaran.
Baca juga: Protes Habibie soal Ujian Pilihan Ganda Bak Judi Porkas
“Memang kalau beli dari IPTN harus bayar tunai, Kalau beli dari luar negeri dapat kredit. Namun dilihat secara keseluruhan jatuhnya akan sama saja. Yang kita ingin tingkatkan kan cadangan devisa negara,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.