JAKARTA, KOMPAS.com - Mendiang Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie, pernah mengkritik sistem ujian dengan metode pilihan ganda atau multiple choice.
Kritik itu disampaikan Habibie ketika masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) pada masa pemerintahan Orde Baru.
Menurut pemberitaan surat kabar Kompas pada 30 Januari 1986, Habibie menilai ujian dengan soal pilihan ganda kurang cocok diterapkan buat pendidikan di Indonesia, terutama dalam ujian masuk sekolah dan perguruan tinggi.
Dia mengatakan, dalam ujian buat menentukan beasiswa pemerintah ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, hasilnya sangat mengecewakan.
Baca juga: Kesaksian Habibie tentang Detik-detik Soeharto Akhiri 32 Tahun Kekuasaan...
"Waktu dilakukan testing di ITB, hasilnya angka nol!" kata Habibie saat itu, saat menyampaikan ceramah ilmiah di Gelanggang Olahraga IKIP Padang.
Habibie mengatakan, dia tidak setuju dengan sistem ujian pilihan ganda. Sebab menurut dia hal itu mirip dengan permainan judi porkas atau sekadar untung-untungan.
"Anak-anak akan cenderung hanya coret-coret, mengejar waktu, dan mengandalkan keuntungan saja lulus dalam testing demikian," ujar Habibie.
Menurut Habibie, hal paling penting dari sebuah ujian adalah kualitas, bukan kuantitas.
Berselang 2 tahun kemudian, Habibie kembali melontarkan kritik terhadap metode ujian dengan soal pilihan ganda.
Menurut surat kabar Kompas edisi 25 Juni 1988, Habibie menilai sistem pilihan ganda tidak mendidik murid berpikir dan tidak tuntas dlaam bekerja.
Dia mengatakan, dalam kehidupan sehari-hari, kualitas suatu produk ditentukan oleh hal-hal yang rinci. Sebab segala sesuati tergantung dari berbagai komponen kecil.
Dengan membiasakan murid mengerjakan soal pilihan ganda, lanjut Habibie, maka tanpa disadari sama saja sedang mengajarkan siswa buat berpikir tidak tuntas.
Baca juga: Saat Ita Nadia Bersuara soal Pemerkosaan 1998: Habibie Percaya, Wiranto Naik Pitam
"Dalam praktik tidak ada dikatakan, 'Anda mau pilih sayap yang A, B, atau yang lain'," ujar Habibie dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR.
Saat itu Habibie juga berharap Komisi X DPR memperjuangkan supaya metode ujian dengan pilihan berganda dihapuskan.
Dia juga tidak sependapat dengan alasan metode itu dinilai tepat buat menyiasati kekurangan tenaga guru. Seharusnya, kata Habibie, guru berkorban buat murid dengan bekerja lebih keras, bukan malah membuat ujian pilihan berganda supaya memudahkan pekerjaannya.
Dari pengamatan Habibie, mahasiswa yang lolos dalam ujian beasiswa dan dikirim ke luar negeri rata-rata berasal dari sekolah yang menerapkan ujian pengayaan.
Sedangkan mahasiswa yang kerap menghadapi ujian pilihan berganda kerap gagal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.