Oleh karenanya, Presiden Jokowi mengajak negara-negara berkembang harus bersatu untuk memperjuangkan hak-haknya.
Ia juga mengajak agar negara berkembang menolak diskriminasi perdagangan.
"Hilirisasi industri tidak boleh dihalangi. Kita semuanya harus terus menyuarakan kerja sama yang setara dan inklusif," ujar Jokowi.
"BRICS dapat menjadi bagian terdepan untuk memperjuangkan keadilan pembangunan dan mereformasi tata kelola dunia yang lebih adil," katanya lagi.
Baca juga: Ajak Negara Berkembang Bersatu, Jokowi: Hilirisasi Tidak Boleh Dihalangi
Lebih lanjut, Jokowi juga mengungkapkan bahwa saat ini dunia seakan bergerak tanpa kompas yang jelas.
Di sisi lain, perang dan konflik telah menyebabkan tragedi kemanusiaan. Kemudian, krisis pangan yang telah mengakibatkan puluhan juta orang jatuh miskin.
Ditambah lagi, adanya ancaman perubahan iklim yang mengintai umat manusia.
"Dari pandemi (Covid-19) kita telah diajarkan bahwa krisis gobal tidak akan bisa selesai kalau kita bekerja sendiri-sendiri atau oleh sekelompok negara saja. Dibutuhkan kolaborasi dan solidaritas bersama untuk mengatasinya," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi menambahkan bahwa kehadiran bukan hanya sebagai pemimpin Indonesia saja. Melainkan, sebagai sesama pemimpin negara global south yang mewakili 85 persen populasi dunia.
"Kehadiran saya di sini juga didasari keinginan untuk terus menghidupkan Spirit Bandung yang masih sangat relevan sampai saat ini, di mana solidaritas, soliditas dan kerja sama antar negara berkembang perlu terus diperkuat," katanya.
Baca juga: Dari BRICS Menjadi BRICS+, Kelompok Ekonomi yang Kian Diminati Negara-negara Berkembang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.