Pertama, AI pada masa depan dipastikan akan mampu menganalisis efektifitas data kebijakan, materi, dan metodologi pembinaan.
Analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren, area atau kewilayahan, segmentasi, dan membantu mengembangkan strategi pembinaan yang lebih efektif.
Misalnya, dengan solusi AI, pelaksana kebijakan dapat dengan cepat mengidentifikasi area atau kewilayahan di mana warga negara kesulitan memahami materi yang disampaikan.
Kedua, AI dapat digunakan untuk menyesuaikan program pembinaan agar tepat dengan preferensi isu-isu aktual yang dihadapi masing-masing warga negara.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa semua pemangku kepentingan pembinaan ideologi Pancasila perlu memikirkan tentang cara menggunakan, mengembangkan, dan menerapkan AI secara bertanggung jawab.
Oleh karena itu, tetap penting memadukan penggunaan AI dengan metode konvensional seperti tatap muka.
Sebaliknya, bukan tidak mungkin, penggunaan AI turut menawarkan diharmonisasi dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Sebagai contoh, penggunaan AI dalam algoritma media sosial dapat menciptakan lingkungan yang terfragmentasi, di mana individu hanya terpapar pada pandangan dan informasi yang sesuai dengan kepercayaannya sendiri.
Hal ini dapat mengancam persatuan dan dialog beragam yang diperlukan dalam membangun masyarakat inklusif.
Ternyata, semua tetap kembali kepada manusianya. Maka, apakah manusia akan diganti oleh AI, kenyataan itu mungkin terlalu berlebihan, meski ideologi akan tetap hidup dalam pikiran-pikiran manusia, tak terkecuali Pancasila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.