"Kalau sudah dibaiat, bisa setiap hari ditelepon pada jam 22.00-03.00," kata Sukanto saat bercerita di depan mahasiswa Universitas Indonesia, Kamis (5/5/2011).
Pusat kaderisasi NII KW 9 diduga berlokasi di Ponpes Al-Zaytun. Sepertiga murid ponpes itu merupakan anak dari warga NII. Sementara, dua pertiganya adalah siswa dari kalangan umum.
Adapun kurikulum pendidikan yang digunakan adalah kurikulum dari Kementerian Pendidikan Nasional. Kelas tiga baru didoktrin. Namun, perekrutan yang sebenarnya terjadi saat mahasiswa.
Dengan demikian, calon kader itu bisa tersebar di seluruh Indonesia untuk kuliah dan membuat cabang baru.
Modus serupa digunakan YPI yang merekrut anak SD untuk menjadi santri. Meski gurunya 98 persen adalah anggota NII, sama sekali tidak disebut-sebut soal NII.
"Jadi kalau ke sana, memang kelihatan tidak ada apa-apa," ungkap Sukanto kala itu.
Sementara itu, Panji membantah tudingan itu.
"Soal NII yang diributkan akhir-akhir ini, sebenarnya barangnya sudah tidak ada. NII sudah mati. Dalam sejarahnya, memang ada NII yang diproklamasikan tahun 1949 dan diperjuangkan sampai 1962. Setelah itu NII selesai," tegas Panji.
"Bahkan, pendirinya sudah menganjurkan pengikutnya agar kembali ke bumi pertiwi Indonesia," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.