Tentang ribuan orang yang datang mendadak ke Blitar untuk menghadiri pemakaman ini, Pak Wardojo mengatakan, “Rakyat masih mencintai Bung Karno”.
Sementara Pak Sukojono berkata, “Cinta rakyat pada Bung Karno tidak pernah bisa hilang”.
Kedatangan jenazah, membuat orang-orang yang hadir berdesak-desakan ingin melihat jenazah dimakamkan. Putera-puteri serta istri-istri Bung Karno juga menjadi perhatian mereka.
Nampak Jenderal Maraden Panggabean hadir dalam acara pemakaman.
Ketika pemakaman berlangsung banyak orang (pelayat) berada di dalam wilayah pemakaman. Namun lebih banyak lagi yang ada di luar wilayah makam.
Setelah usai upacara pemakaman, orang masih terus berdatangan ke makam. Mereka ada yang membawa tanah makam atau bunga yang telah ditebarkan di pusara.
Usai pemakaman, banyak pelayat dari luar kota yang berhari-hari tinggal di Blitar.
Banyak tanaman dan pagar halaman rumah di kota itu rusak terinjak-injak para pelayat. Tapi para pemilik tanaman dan pagar halaman rumah yang rusak sempat berkata (tentu dengan rasa was-was), “Jangankan rumah, nyawa pun rela diberikan untuk Bung Karno”.
Saat itu slogan “pejang gesang nderek Bung Karno” (hidup mati ikut Bung Karno) masih menjadi hal yang “dilarang” rezim saat itu.
Para pejabat yang datang ke Blitar saat itu harus berhati-hati menjawab pertanyaan wartawan. Para wartawan perlu berhati-hati dalam menyusun kalimat pertanyaan.
Bagaimana kalau makam Bung Karno ini dikeramatkan banyak orang? Bagaimana prosedur dan perizinan untuk datang ke makam itu?
Saat itu pejabat dari Kediri mengatakan, kalau sampai terjadi pengkeramatan atas makam Bung Karno, tindakan-tindakan pencegahan dapat diatur oleh Kopkamtib mengenai cara-cara orang yang akan berziarah ke makam.
“Apakah seterusnya penghormatan kepada Bung Karno diizinkan? Jika tidak, kapan bisanya?” begitu kalimat yang ditulis oleh Bung SS dalam berita yang dimuat Kompas pada masa orde baru. Saat itu Blitar dalam karantina atau tahanan politik orba.
Blitar kini terkenal karena punya makam Bung Karno. Tahun 2019 lalu, Kepala Daerah Operasi VII PT Kereta Api Indonesia (KAI), Wisnu Pramudyo mendirikan patung besar Bung Karno sedang duduk di Stasiun Blitar.
Ini diikuti Stasiun KAI Semarang yang ketika itu (2019) dipimpin Mohammad Nurul Huda Dwi Santoso juga membangun patung besar Bung Karno.
Usaha memakamkan atau menguburkan nama Bung Karno sampai saat ini nampaknya semakin membesarkan nyala api semangat yang terus mengumandangkan nama itu.
Bung Karno adalah manusia, bukan malaikat atau dewa. Ia punya banyak kesalahan. Namun Juni sudah menjadi bulan Bung Karno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.