Sementara di kalangan mahasiswa, Prabowo juga tak bisa berbuat banyak. Ia tak bisa mengatasnamakan aspirasi mahasiswa seutuhnya karena memang berada di lingkar kekuasaan.
"Karena sedikit banyak dari kalangan mahasiswa pasti curiga kan, ini orang menantunya Pak Harto, tentara lagi," imbuh dia.
Baca juga: Ketua Projo: Jokowi Masih Upayakan Duet Ganjar dengan Prabowo
Fahri mengatakan, Prabowo bukan satu-satunya militer yang berperan sebagai pembela gerakan mahasiswa. Ada Syarwan Hamid yang turut mendukung adanya reformasi di tubuh pemerintahan otoriter Soeharto.
Sebab itu, kata Fahri, Prabowo adalah saksi sejarah yang banyak dicurigai karena bisa dilihat dari berbagai sisi.
Prabowo adalah sosok di dalam pemerintahan, tapi juga berteman dengan kelompok kiri dan kanan.
"Makanya kalau kita lihat biografi Pak Prabowo, dia bisa berteman dengan Soe Hok Gie dan lain lain. Jari ruang pergaulan intelektualnya luas, itu sebabnya sampai hari ini dia memiliki pergaulan yang luas. Tapi dia banyak dicurigai karena dia berada di banyak sisi," ucap Fahri.
"Menurut saya, orang seperti Prabowo ini lah yang bisa memahami secara utuh apa yang terjadi sepanjang sejarah kita, dan bagaimana kita mendapat koreksi untuk di masa yang akan datang," sambung dia.
Adapun terkait penculikan aktivis '98 yang disebut-sebut tanggung jawab Prabowo, Fahri Hamzah berpandangan berbeda.
Menurut Fahri, musuh Prabowo lah yang memanfaatkan peristiwa ''98 untuk menghancurkan reputasi Prabowo.
Satu-satunya bukti bahwa Prabowo tak seanarkis yang dituduhkan para aktivis adalah saat ini Prabowo berjuang menggenggam kekuasaan dengan cara yang demokratis.
Baca juga: Saat Ita Nadia Bersuara soal Pemerkosaan 1998: Habibie Percaya, Wiranto Naik Pitam
"Orang yang berkhianat sudah kembali, musuh-musuhnya sudah dukung dia, orang yang berbohong sudah kembali ke dia. Jadi saya melihat manusia sejarah seperti Pak Prabowo itu memang sudah waktunya kita suatu saat bilang "sudah lah capek kita berbohong tentang Pak Prabowo"," kata Fahri.
Jika benar Prabowo dituduhkan seperti yang dikatakan dalam peristiwa 98, Fahri menyebut Prabowo punya kesempatan untuk mengulang peristiwa itu kembali dengan sangat mudah.
Tetapi Prabowo tidak memilih jalan itu, Prabowo justru membuat partai politik, ikut membangun institusi demokrasi dan membuktikan mampu memimpin partai Gerindra dengan sukses.
Baca juga: Naskah Pidato 21 Mei 1998, Yusril Ungkap Alasan Soeharto Pilih “Berhenti” ketimbang “Mundur”
"Lalu dia ikut dengan pemerintah Pak Jokowi memimpin kementerian yang paling strategis, yang pegang senjata kira-kira begitu, dan tidak ada masalah. Apa kita masih curiga dengan orang ini?" ucap Fahri.
Fahri mengatakan, sudah waktunya Indonesia tak lagi melihat ke belakang dengan peristiwa kerusuhan yang samar-samar siapa yang harus bertanggungjawab.
Isu pelanggaran HAM yang dituduhkan ke Prabowo, atau komunisme, radikalisme yang sering muncul di tahun politik sudah harus dihentikan.
"Enggak capek? Kapan kita bicara mau pergi ke bulan, padahal kita harus bicara mau pergi ke bulan dan lain-lain, kita sibuk dengan isu kiri kanan enggak selesai," kata Fahri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.